3. KOPI HITAM TANPA GULA DAN TEH MANIS PANAS

872 47 5
                                    


Sekitar pukul 00.00 WIB Seorang pramugara berjalan berkeliling melalui gerbong-gerbong kereta api sambil membawa sebuah nampan berisi kopi dan juga teh panas. Sudah dua kali pelayan itu hampir melalui bangkuku, tapi selalu saja nampan yang dibawanya terlanjur kosong sebelum melewati bangkuku. Ternyata penumpang di atas kereta yang aku tumpangi ini cukup konsumtif juga. Beberapa waktu yang lalu beberapa penumpang terlihat memperebutkan bantal yang disewakan oleh kereta api dan sekarang hampir semuanya ingin memesan kopi.

Aku menghela nafas panjang berusaha bersabar menunggu pramugara kembali ke gerbong kami untuk membawa kopi dan teh hangat.

"Mau ngopi?"

"Gitu deh."

"Ya udah ke pantry aja lagi, daripada lo nunggu daritadi kehabisan mulu."

"Males gue di pantry sendirian cuma bengong-bengong enggak jelas."

"Yaudah gue temenin." Kiran tersenyum.

"Serius?"

"Iya, sekalian jalan-jalan. Bosan gue daritadi duduk disini. Perlu suasana baru juga." Kiran segera berdiri dan mengambil dompet serta ponsel dari dalam tasnya.

"Oke kalau begitu. Barang berharga udah dibawa semua?" Tanyaku memastikan.

"Udah, kok. Ayuk!"

Aku dan Kiran akhirnya berjalan melewati beberapa gerbong penumpang sebelum akhirnya tiba di pantry. Beberapa penumpang sudah terlelap dalam tidur dan beberapa diantaranya masih berjaga sambil mengobrol dengan tetangganya masing-masing. Membicarakan banyak hal, bercerita tentang kehidupanya masing-masing.

Setelah berjalan beberapa saat sambil mempertahankan keseimbangan kami di atas kereta yang berjalan dengan begitu kencangnya, kami tiba di pantry. Kami langsung menempati meja yang berada di pojok gerbong.

"Gue pesan dulu, ya. Lo mau apa, Ran?"

"Kopi hitam tanpa gula, please." Kiran tersenyum lebar.

"Oke." Aku segera berjalan mendekati salah satu pramugari kereta di pantry dan memesan minuman. Setelah itu aku kembali menghampiri Kiran.

"Cantik ya pramugari keretanya." Kiran melirik kearah pramugari kereta api yang baru saja kuhampiri. Aku hampir saja lupa kalau Kiran adalah seorang lesbian.

"Iyaa, lumayan. Tapi not my type lah. Lo suka?"

"Hahahaha. Emangnya tipe lo kayak gimana sih?"

"Yang bisa menerima gue apa adanya aja. Tapi sayangnya enggak ada yang pernah bisa." Jawabku disertai senyuman.

"Emangnya lo kenapa?"

Aku tak menjawab pertanyaan Kiran, aku memilih hanya tersenyum. Kiran sepertinya mengerti bahwa aku berminat untuk menjawab pertanyaannya. Kiran hanya mengangguk dan kemudian memasang sebuah speaker mini di meja dan memutar sebuah lagu dari band indie. Lagu ini tak asing terdengar di telingaku.

"Banda Neira, Hujan di mimpi." Aku menebak sesaat setelah mendengar instrument petikan gitar diawal lagu.

"Lo suka dengar Banda Neira juga?" wajah Kiran terlihat semeringah.

"Bukan cuma Banda Neira, gue juga suka dengar ERK, Payung Teduh, White shoes & the couple company, Sisitipsi."

"Sisitipsi juga?"

LANANG. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang