Selama sembilan bulan aku mendiami sebuah tempat yang begitu sempit dan gelap. Sebuah tempat yang tidak pernah kuketahui keberadaannya. Yang aku tahu tempat ini menyerupai sebuah kantung yang basah. Dibulan pertama aku berada di tempat ini aku belum begitu bisa merasakan apapun, terasa begitu sunyi, begitu sepi.
Dibulan kedua aku berada di tempat ini, aku mulai merasakan sebuah perubahan. Wajahku mulau terbentuk. Bakal telinga ku mulai tampak sebagai lipatan pada bagian kanan dan kiri kepalaku. Seiring berjalannya waktu, mulai tampak pula calon lengan, kaki dan jemari-jemariku. Aku mulai memiliki sebuah bentuk.
Bulan ketiga di tempat ini, tubuhku hampir sempurna. Tanganku sudah mulai bisa mengepal dan kuku-kuku di jemariku mulai tumbuh.
Tapi semuanya semakin jelas di bulan keempat, seluruh bagian tubuhku semakin lengkap. Tangan, kaki, jari dan wajahku sudah terbentuk dengan jelas. Aku mulai bisa merasakan detak dari jantungku.
Dibulan kelima aku mulai melakukan sedikit pergerakan meskipun belum memiliki cukup kekuatan untuk itu. Aku hanya berusaha melatih sedikit ototku agar terbiasa dengan tubuh kecil ini. Kepalaku mulai ditumbuhi rambut-rambut halus. Entah mengapa kemudian seluruh tubuhku mulai tertutup oleh lapisan putih. Namun aku tidak bisa melakukan apapun selain menerima segala hal yang terjadi padaku di tempat ini.
Dibulan keenam sejak aku berada di tempat yang gelap ini, aku mulai bisa membuka dan menutup kelopak mataku, meski aku belum bisa melihat apapun. Semuanya masih terasa sama, gelap dan sepi. Tapi kemudian aku mendengar suara-suara itu yang begitu lembut menyapaku. Berbicara entah apa. Seringkali aku mendengar suara yang mengalun dengan indahnya di luar sana. Terdengar selama beberapa jam dan kemudian menghilang untuk waktu yang cukup lama. Tapi kemudian suara indah itu akan kembali terdengar selama beberapa jam berikutnya. Aku senang mendengarnya mengalun dengan begitu indah, mengisi kesunyianku dengan ketenangan yang dihantarkan oleh melodi-melodi itu.
Bulan ke tujuh aku berada di tempat ini. Aku dapat mendengar suara-suara diluar sana dengan semakin jelas. Suara-suara yang mengajakku untuk bicara di tengah kesunyian. Suara yang terus menerus mengajakku bicara. Seringkali aku mendengar suara tawa mereka dari luar sana. Terdengar begitu bahagia. Terkadang aku merespon ucapan mereka dengan sedikit pergerakan. Aku dapat merasakan kebahagiaan mereka setiap kali aku merespon ucapan mereka. Ingin sekali aku bersuara seperti mereka, menyapa mereka lembut sama seperti yang selama ini mereka lakukan padaku. Rasanya aku ingin segera keluar dari tempat ini, semakin sempit. Tubuhku semakin tak leluasa untuk bergerak.
Bulan ke delapan aku semakin jengah berada di tempat ini. Aku seringkali menendang, meminta untuk segera dikeluarkan dari tempat ini. Jika aku menendang, aku mendengar suara rintihan di luar sana, seperti kesakitan. Padahal aku tak berniat menyakiti siapapun dengan tendanganku. Aku hanya menendang kesegala arah berganti posisi disaat aku lelah. Tapi setelah itu, aku merasakan sentuhan yang begitu lembut menyapaku dari luar sana. Berusaha menenangkan perasaanku yang begitu kalut. Sentuhannya itu membuatku terasa lebih tenang berada di dalam sini. Membuatku kembali terbiasa pada keadaan ini. Sentuhan yang meyakiniku bahwa semua baik-baik saja dan tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Dia tidak bicara secara langsung padaku, namun aku dapat merasakan apa yang dirasakan olehnya.
Ini adalah bulan yang aku nantikan. Bulan terakhir aku berada di dalam tempat yang begitu gelap dan sempit ini. Aku mendengar suara nafas yang terengah-engah diluar sana. Suara nafas yang berpadu dengan teriakan panjang yang terdengar begitu mencekam. Banyak suara lain yang terdengar. Suara yang berusaha menyemangati sesuatu.
Tubuhku terasa terdorong keluar. Perlahan-lahan aku melihat sebuah cahaya yang begitu terang dan tidak pernah aku lihat sebelumnya. Mataku tak kuasa untuk terus melihat cahaya itu Aku memilih untuk menutup mata kembali. Aku tertidur untuk beberapa waktu setelah menempuh perjalanan panjang dan berat yang menghabiskan seluruh energiku. Perjalanan menuju dunia baru.
Aku mendengar suara-suara itu lagi, yang sering kudengar dari dalam kantung sempit dan gelap yang lama kudiami. Perlahan-lahan aku membuka mataku. Sulit awalnya memang tapi kemudian aku melihat mereka semua. Wajah yang tersenyum lebar saat melihatku. Aku akhirnya mengetahui wajah dari pemilik suara-suara itu.
Aku terbaring dalam pelukkan seorang perempuan berambut panjang dengan wajahnya yang terlihat begitu pucat. Nasib kami sepertinya hampir sama, mungkin perempuan itu baru saja melakukan perjalanan panjang yang begitu melelahkan sama seperti yang baru saja aku alami. Perjalanan panjang menuju dunia yang baru.
Ibu.
Dia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan itu.
Dia selalu mengecup keningku dengan begitu lembut sambil memejamkan matanya. Kurasakan sentuhannya yang begitu hangat.
Seorang pria yang selalu terlihat berada di sampingnya,
Bapak.
Dia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan itu.
Dia selalu menggendongku dengan kedua tangannya yang begitu kokoh dan kuat. Aku merasa begitu aman dan nyaman dalam pelukkannya.
Kami berada di dunia yang baru sejak hari itu. Dunia kami bersama. Kami telah menjadi sebuah keluarga. Aku bahagia mengingat tak lagi harus tinggal di dalam kantung sempit yang gelap itu.
Sekarang aku memiliki Bapak dan Ibu di dalam duniaku, tidak lagi sendirian seperti itu, tidak lagi kesepian dalam kegelapan. Aku bahagia bisa bertemu dengan mereka semua. Mereka memperlakukanku dengan sangat baik dan lembut. Mereka seperti mencintai keberadaanku dalam kehidupan mereka.
Kami adalah sebuah keluarga.
Ya, kami adalah sebuah keluarga.
Keluarga yang bahagia.
Bahagia.
Hingga pilihan itu datang padaku.
Pilihan yang membuatku tak bisa mendapatkan keduanya.
Menyiksa batinku secara keseluruhan.
Seakan memaksaku untuk kembali meringkuk di dalam kantung sempit dan gelap itu. Tempatku terbiasa sendirian.
Kesendirian yang begitu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG. [END]
Romansa"Maybe for others i'm not a real anything. I'm not a boy, i'm not a girl. Yes, i'm a transgender."