AKU BONEKA IBU.

574 36 0
                                    


Perempuan yang galak itu, dia memperkenalkan dirinya padaku dengan nama Ibu sekitar lima tahun lalu.

Ketika itu, aku tak mengerti apa-apa.

Yang aku tahu perempuan inilah yang selalu setia berada disampingku.

Masih teringat dengan jelas ketika tangannya yang lembut dan hangat itu menuntun tangan mungilku untuk berjalan.

Ketika itu kakiku masih lemah, belum bisa menapak dengan baik.

Masih tak seimbang dengan gravitasi bumi.

Seringkali aku terjatuh dan dengkulku terluka.

Melihat darah dan rasa perih yang tak tertahan membuatku menangis.

Tak ada hal lain yang dapat kulakukan selain itu.

Menangis.

Saat itu terjadi, Ibu tidak seperti Ibu lainnya yang segera berlari mengkhawatirkanku. Ketakutan aku akan terluka.

Tidak juga menyalahkan tanah atau batu yang telah melukaiku.

Ibu hanya mendekatiku, membiarkanku berusaha berdiri dengan kakiku sendiri dan kemudian membantuku.

Ketika itu dia tersenyum dan berkata,

"Suatu hari nanti kamu akan menjadi seorang pelari yang hebat."

Ada rasa percaya diri yang tumbuh ketika mendengar ucapan Ibu itu.

Dorongan yang penuh dengan kepercayaan.

Rasanya menguatkan.

Membuatku lebih kuat dan rasa sakit itu hilang seketika.

Ucapannya yang sederhana begitu melekat dihatiku.

Dengan kesabarannya menuntunku, aku telah dapat berjalan dengan kemampuanku sendiri tanpa bantuannya lagi.

Ketika aku bermain dengan teman-temanku, aku adalah seorang pelari hebat diantara mereka.

Tidak ada seorangpun yang mampu mengalahkanku.

Jika aku terjatuh, aku teringat luka-luka itu yang membekas di tubuhku.

Aku sudah sering terjatuh, dan luka ini bukan apa-apa bagiku.

Ibu....

Sehabis aku mandi adalah waktu yang dinanti-nantikan olehnya.

Dia selalu bersemangat ketika membantuku memilih pakaian.

Setiap kali Ibu membuka lemari, adalah hal yang paling menakutkan untukku.

Aku hanya selalu berharap Ibu memilihkan pakaian seperti yang aku inginkan. Bukan pakaian dengan renda-renda atau berwarna merah muda.

Terkadang aku bingung mengapa pakaianku berbeda dengan adikku.

Adikku terlihat nyaman menggunakan celana dengan kedua lubang untuk dilalui kedua kakinya.

Sedangkan celanaku tak memiliki lubang untuk kedua kakiku, menyatu begitu saja dengan pakaianku diatasnya, bahkan jika aku tidak hati-hati saat duduk, siapapun bisa melihat celana dalamku.

Rasanya begitu memalukan.

Dia bahkan tidak membiarkanku untuk memilih pakaian apa yang ingin aku pakai. Dia selalu memilihkan pakaian sesuai dengan keinginannya.

Setelah itu dia akan memegang rambutku dan menguncirnya dengan bentuk yang berbeda-beda setiap harinya.

Seringkali dia menambahkan jepitan berwarna merah muda.

Tidak lupa dia juga membedaki wajahku.

Aku selalu terbatuk saat itu,

Butiran-butiran bedak yang bertaburan mengganggu pernapasanku.

Tapi Ibu tidak mempedulikannya.

Ibu sibuk dengan kesenangannya.

Ingin rasanya aku merobek dengan kasar pakaian ini, tapi aku takut melihat kemarahan ibu.

Ibu sangat menakutkan ketika marah. Aku tidak berani.

Karena itu aku memilih diam bagai boneka tak bernyawa.

Setelah puas dengan itu, Ibu akan membawaku ke depan cermin dan membiarkan aku melihat diriku sendiri. Aku melihat ibu berbicara di pantulan kaca, "Cantikkan?"

Benar, aku cantik.

Sangat cantik.

Tidak ada anak perempuan lain yang secantik aku di tangan Ibu.

Tapi aku tidak bisa tersenyum bahagia seperti Ibu.

Aku hanyalah boneka Ibu.

Jika Ibu tau, aku mempunyai keinginan besar untuk memilih pakaianku sendiri. Aku ingin memakai apapun yang ingin aku pakai. Bukan gaun indah berwarna merah muda yang Ibu beli dengan harga mahal hanya karena ingin membuatku terlihat cantik.

Aku sama sekali tidak ingin terlihat cantik.

Karena aku bukan anak perempuan.

Aku Lanang.

Aku tidak ingin lagi memakai pakaian seperti yang Ibu inginkan.

Cukup rasanya menjadi sebuah boneka yang tidak bernyawa.

Rasanya seperti terpenjara.

Aku hanya ingin memakai sebuah kaos biasa dengan celana murah yang dibeli dipasaran, bukan gaun yang membuatku sesak dan gatal.

Aku Lanang.

Dan aku bukan lagi boneka Ibu.

***

LANANG. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang