Keluar dari stasiun kami langsung di kelilingi oleh tukang becak dan tukang ojek yang mangkal di depan stasiun, mereka menawarkan diri untuk mengantar kami. Tujuan kami adalah Malioboro yang letaknya lumayan jauh jika berjalan kaki dari stasiun lempuyangan. Mungkin lebih asik jika kita berkendara becak hingga Malioboro.
Aku menawar becak untuk mengantarkan kami ke Malioboro, setelah tawar-menawar akhirnya Bapak pemilik becak setuju untuk mengantar kami dengan upah sepuluh ribu rupiah. Aku dan Kiran tanpa ragu segera naik keatas becak. Becak mulai di kayuh pelan berjalan meninggalkan stasiun Lempuyangan.
Suasana kota Jogja pagi itu begitu segar. Anginnya begitu sejuk menyapa kami. Suasana yang tidak akan kami dapatkan di Jakarta.
"Jogja ini adalah kampung gue." Ujarku kemudian.
"Ohh, ya? Kalau begitu setelah ini lo akan pergi ke kampung lo?"
Aku menggeleng sambil tersenyum, "Tidak. Gue hanya akan dianggap mempermalukan keluarga jika datang seperti ini." Aku sama sekali sudah tidak terlihat seperti seorang perempuan. Dari luar, aku sudah sempurna menjadi seorang Pria dengan jambang dan kumis yang memenuhi wajahku. Tidak akan ada seorangpun yang percaya bahwa dulu aku adalah seorang perempuan.
"Peduli amat sama keluarga lo, yang penting kan niat lo mau silaturahmi."
"Hahahaha. Di desa tuh berita cepat sekali menyebar, kalau gue kesana bisa-bisa gue jadi buah bibir. Lagipula gue sama sekali enggak ada niatan buat datang ke sana kok." Aku tersenyum menjelaskan.
"Terserah lo, sih. By the way, gue mau sarapan dulu." Kiran menoleh kearah Bapak tua yang sedang mengayuh becak di belakang kami, "Pak, yang jual gudeg pagi-pagi gini dimana, ya?"
"Ohhh, Mbak nya mau makan gudeg ya. Di Malioboro nanti banyak kok, Mbak. Sepanjang jalan dari Tugu tuh jualan gudeg semua dari jam enam pagi. Mbak tinggal pilih saja sendiri mau yang lesehan atau kedai yang pakai kursi dan meja." Bapak itu menjelaskan.
"Ohh begitu, ya. Makasih ya Pak informasinya." Kiran tersenyum dengan manis.
"Monggo, Mba sama-sama."
Limabelas menit kemudian kami telah tiba di jalan Malioboro. Aku memberikan uang limabelas ribu rupiah pada Bapak itu, kulebihkan lima ribu rupiah. Bapak itu berterimakasih sebelum akhirnya dia kembali mengayuh sepedanya kembali menuju stasiun Lempuyangan. Menunggu pelanggan berikutnya yang ingin di antar.
"Baru pertama kali ke Jogja?" Tanyaku pada Kiran.
"Percaya enggak percaya, iya. Gue baru pertama kali ke sini."
"Jadi lo mau memanfaatkan gue sebagai Guide nih di tempat ini?"
"Menurut lo? Kita cari makanan dulu yaa, nanti baru kita lanjutin cerita kita." Kiran menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tempat gudeg untuk sarapan. Aku melirik jam tanganku, masih sangat pagi, pukul 06.10 WIB.
"Kalau makan gudegnya di tahan nanti aja gimana?"
"Kenapa begitu?"
"Gue mau ngajak lo makan gudeg enak di Jogja, tapi agak jauh tempatnya sedangkan tempat penyewaan motor masih tutup jam segini." Aku menjelaskan.
"Yahh, terus sekarang kita sarapan apa?"
"Ada soto ayam enak di dekat sini. Kalau lo mau kita bisa sarapan itu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG. [END]
Romance"Maybe for others i'm not a real anything. I'm not a boy, i'm not a girl. Yes, i'm a transgender."