BAPAK.
Pukul 05.00 WIB aku telah mendengar suara gaduh di luar kamar, hampir setiap hari. Aku kemudian keluar dari kamar untuk buang air kecil, seperti biasanya Bapak telah rapih dengan pakaian kerja terlihat sedang sibuk menyikat sepatu hitamnya. Bapak adalah seorang pegawai negeri yang disiplin. Dia selalu berangkat pukul 05.00 WIB dari rumah untuk pergi ke kantornya.
Aku tidak pernah tahu kantor Bapak dimana, karena Bapak selalu pindah-pindah kantor. Tidak betah dengan teman-temannya yang sombong katanya, saling menjatuhkan dengan berbagai macam cara.
Ketika aku duduk di kelas delapan, seringkali Bapak memberikanku uang tambahan diluar uang jajan. Sepulang kerja biasanya dia selalu memberiku limapuluh ribu rupiah. Di kantornya yang sekarang dia sering mendapat job tambahan percetakan. Bapak tidak pernah pelit soal uang, dia sering memberiku uang diam-diam tanpa sepengetahuan Ibu, entah itu limapuluh ribu, tigapuluh ribu, atau duapuluh ribu, yang jelas hampir setiap hari aku mendapat uang tambahan dari Bapak.
Seringkali Bapak pulang larut dan kulihat wajahnya yang kusut karena terlalu lelah bekerja mencari uang tambahan dengan berbisnis percetakan bersama temannya. Tapi Bapak bukan salah satu bos nya, dia hanya orang suruhan yang bekerja untuk temannya. Kalau Bapak sering menyebut dirinya sebagai kuli.
Meskipun Bapak sering pulang larut dan tubuhnya kelelahan, dia tidak pernah menyusahkanku dengan meminta dipijat atau semacamnya. Dia membiarkanku menghabiskan uang untuk bermain warnet hingga larut malam. Jika aku pulang ke rumah, Bapak akan marah-marah karena seharian kerjaku hanya bermain tanpa membantu orangtua di rumah. Aku malas di rumah, semuanya hanya marah-marah. Karena itu lebih baik aku bermain di luar seharian, malah terkadang jika libur aku menginap di warnet bersama beberapa temanku.
Jika Bapak pulang lebih awal, Bapak akan menyempatkan diri untuk mencuci semua pakaian kami dengan tangannya sendiri. Bapak tidak pernah menggunakan mesin cuci, kurang bersih katanya. Kalau Bapak lembur, pakaian kami semua akan menumpuk di tempat cucian dan Bapak akan mencucinya di hari libur.
Bukan hanya pakaian yang Bapak cuci tapi juga semua piring bekas makanan kami. Bapak memang orang yang tidak bisa diam dan selalu mengerjakan apapun tanpa diminta. Dia tidak betah melihat kerjaan bertumpuk dan pasti langsung membersihkannya.
Tapi jika Bapak sedang benar-benar lelah dan melihat pakaian serta piring yang menumpuk, Bapak akan tetap membersihkannya tapi kemudian akan marah-marah. Membuat seluruh penghuni rumah jengah.
Jika Bapak mulai mengamuk, aku akan mengunci pintu di dalam kamar.
Aku tidak peduli dengan semua yang terjadi di luar sana. Aku hanya akan sibuk dengan duniaku sendiri.
Aku tidak pernah membantu Bapak mencuci pakaian ataupun mencuci piring bekas makananku sendiri. Biasanya aku akan menumpuknya di kamar sambil mengumpulkan niat untuk mencucinya kemudian. Belum terkumpul seluruh niatku untuk mencuci, Bapak telah masuk ke dalam kamarku dan melihat tumpukan piring kotor serta pakaian, Bapak marah besar. Lagi-lagi kami bertengkar.
Bapak marah karena dia capek seharian bekerja dan masih harus mencuci. Tapi kemudian aku menunjukkan sikap defensive dengan mengatakan bahwa aku tidak pernah menyuruh Bapak untuk mencuci semua piring bekas makanku dan juga pakaian kotorku.
Mendengar aku berbicara seperti itu, seperti biasanya Bapak akan memarahiku habis-habisan dan melempariku dengan barang.
Aku tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG. [END]
Romansa"Maybe for others i'm not a real anything. I'm not a boy, i'm not a girl. Yes, i'm a transgender."