LUKA DARI BAPAK

333 28 3
                                    

"Anak perempuan itu tidak berguna!"

Itu yang selalu dikatakan oleh Bapak saat memarahiku.

Saat itu aku selalu bertanya-tanya, "Siapa yang meminta untuk dilahirkan menjadi seorang anak perempuan?"

"Dimanakah Tuhan?"

"Apakah aku pernah berbuat salah pada-Nya sehingga Tuhan menghukumku dengan melahirkan aku pada tubuh yang tidak berguna? Anak perempuan."

Anak perempuan yang lemah dan tidak memiliki kesempatan.

Tertindas dibawah kaki para lelaki.

Aku melihat itu, ketika Ibu menangis dihujani lemparan botol kaca oleh Bapak ketika mereka berdebat,

Atau ketika telapak tangan Bapak yang besar memenuhi wajah Ibu yang kecil dengan tamparannya.

Ibu tidak bergeming.

Yang dilakukannya hanya bisa menangis, selayaknya anak perempuan.

Saat itu yang kulakukan hanyalah bersembunyi dibawah meja sambil menangis ketakutan.

Berharap Bapak tidak melempariku juga dengan botol kaca ataupun menampar wajahku hingga merah.

Bapak begitu menakutkan.

Pernah aku berusaha melawan Bapak,

Kuberanikan diri karena aku merasa seorang anak laki-laki.

Tapi tubuhku terlalu lemah, tak sekuat keberanianku.

Di tubuh perempuan seperti ini aku tak dapat berbuat apa-apa.

Andaikan aku memiliki tubuh sebagaimana mestinya aku miliki.

Bapak, apakah semua laki-laki seperti Bapak?

Bapak, apakah berbuat kasar adalah hal yang wajar bagi seorang laki-laki?

Bapak, Apakah jika aku ingin menjadi seorang laki-laki aku harus melakukan hal seperti yang dilakukan Bapak kepada aku dan Ibu?

Jika aku tidak seperti Bapak, apa aku tetap seorang lelaki?

Aku tidak ingin berbuat kasar terhadap siapapun.

Aku juga tidak ingin memukuli perempuan apalagi Ibu.

Aku Lanang.

Masih dapat kurasakan panasnya tangan Bapak

Ketika menyentuh pipi mungilku dengan tangan kasarnya.

Rasanya begitu panas,

Tamparan dari Bapak yang mendarat di pipiku.

Seperti yang pernah Bapak lakukan pada Ibu,

Bapak menghujaniku dengan botol – botol kaca.

Membuat kulitku tergores dan darah mengalir begitu derasnya.

Sakit rasanya, teramat sakit.

Bukan luka fisik yang kuderita ini,

Melainkan batinku yang tersiksa.

Kenyataan pahit bahwa Bapak tidak menyayangiku,

Karena aku bukan anak laki-laki.

Aku hanya seorang anak perempuan yang tidak berguna.

Aku layak diinjak seperti kotoran yang menjijikan.

Setiap kali aku berusaha mendekati Bapak,

Bapak menjauh dariku.

Aku ingin sekali dikasihi Bapak,

Seperti anak laki-laki kesayangannya, adikku.

Aku Lanang.

Aku tidak ingin menjadi boneka Bapak ataupun Ibu,

Yang terkadang disayang,

Namun seringkali dibuang.

Aku Lanang.

Jangan perlakukan aku seperti anak perempuan,

Karena aku bukanlah seorang anak perempuan.

Aku Lanang.

Aku juga ingin disayang.

Ya, Aku Lanang,

Bukan binatang jalang.

***

LANANG. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang