Aku dan Kiran bertemu di dalam kereta ini, di stasiun Pasar Senen sebelum kereta ini berangkat menuju Yogyakarta. Dan sekarang kereta ini telah kembali. Kami telah kembali ke Jakarta.
Benar, aku memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta. Lusa adalah hari Natal dan seharusnya aku menghabiskan waktu bersama dengan keluargaku. Bagaimanapun mereka, mereka tetap keluargaku dan tidak seharusnya aku meninggalkan mereka begitu saja. Aku baru sadar akan itu.
Aku bersyukur Tuhan mempertemukanku dengan Kiran dalam perjalanan yang singkat ini, tanpa dia aku mungkin tidak akan kembali pada ingatan-ingatan itu. Ingatan masa lalu yang membuatku menjadi manusia yang lebih kuat dari sekarang.
Aku dan Kiran masih duduk diam di dalam gerbong kereta kami. Tidak ada niatan dari kami untuk segera beranjak pergi. Kami sadar ini akan menjadi perpisahan kami, pertemuan yang begitu singkat.
Tapi paling tidak sebelum perpisahan ini aku dan Kiran sudah sempat mampir untuk makan Gudeg enak yang aku janjikan pada Kiran sebelumnya, Gudeg Yu Djum yang ada di Jalan Kaliurang km 4,5 di Karangasem CTIII/22 Yogyakarta. Gudeg Yu Jum ini selalu buka pukul 05.00 WIB sampai 19.00 WIB. Masih teringat olehku ketika kami sampai dan memilih tempat duduk di teras sebuah rumah kayu sederhana, terdengar getaran pita suara dari seorang penyanyi keroncong tua.
Tapi suara penyanyi keroncong tua itu tak lagi terdengar sekarang, yang kami dengar hanyalah hiruk pikuk orang-orang yang berlalu-lalang di stasiun ini dan suara mesin kereta api.
"Kenapa lo memutuskan untuk kembali ke Jakarta?" Tanyaku pada Kiran mengisi kekosongan.
"Karena gue harus kembali bekerja, lagipula gue udah menemukan jawaban yang tepat untuk hidup gue dan lamaran si pejabat itu. Lo sendiri enggak jadi pergi dari kehidupan lo dan memulai hidup yang baru?" Kiran berbalik memberiku pertanyaan.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Kiran, "How someone could start a new life if he never finished anything in his life?"
Kiran diam mendengar ucapanku, tapi kemudian Kiran tersenyum. "Apa yang akan lo lakukan setelah ini?" Tanya Kiran padaku.
"Gue akan kembali ke kehidupan gue yang biasa-biasa aja dan memperbaiki hubungan gue dengan orangtua gue."
Kiran tertawa kecil, "If you wanna be a good writer and director, then you can't a mediocre life."
"A good writer and director? No, it's impossible!"
"Yes, you can! You are a good storyteller. I'm sure you could write something great about you and it will make your parents proud of you."
"Yeah, maybe I will try...."
"You must!"
Aku dan Kiran kemudian tertawa. Rasanya kami tidak ingin mengakhiri tawa kami ini. Kami ingin terus tertawa bersama.
"Bagaimana dengan lo? Apa yang akan lo lakukan setelah ini?"
Kiran menarik nafas panjang dan kemudian tersenyum dengan lebar, "Menunggu seseorang yang tepat untuk membuat keluarga, yang jelas gue enggak akan terlalu terburu-buru lagi."
Aku tersenyum mendengar ucapan Kiran.
Perjalanan kami yang singkat ini, kami telah menemukan jawaban yang terbaik untuk kami masing-masing.
Kami mengakhiri perjalanan kami. Kembali kedunia dan kehidupan kami masing-masing. Kiran berjanji suatu saat nanti jika kami bertemu lagi, dia akan menceritakan tentang kehidupannya. Kiran membiarkan perjalanan kali ini menyimpan pelajaran tentang kehidupanku, menyimpan semua ceritaku karena tidak akan ada dua kisah dalam satu cerita yang sama.
Dengan begitu kami memiliki alasan untuk kembali bertemu suatu hari nanti.
Meskipun kami sama sekali tidak bertukar informasi tentang diri kami. Kami adalah dua orang manusia yang begitu mempercayai takdir, dan kami percaya jika takdir mempertemukan kami dalam kehidupan, kemanapun kami pergi kami akan kembali dipertemukan.
Aku kembali ke kehidupanku, lebih meluangkan banyak waktu untuk kedua orangtuaku. Tidak pernah lagi terpikirkan olehku untuk mengakhiri atau menyakiti diriku sendiri. Aku mulai memperbaiki diriku, menata kembali kehidupanku menjadi seorang manusia yang berguna bagi orang lain. Aku sadar bahwa selama ini kesalahan datang dari diriku sendiri, dari cara berpikirku dan aku tidak akan mengulanginya kembali.
Sampai saat inipun aku memilih untuk tidak mengungkapkan secara langsung pada mereka berdua tentang diriku yang sebenarnya. Terkadang memang ada hal yang tidak bisa diungkapkan secara lisan, aku tidak berani bertatapan dan melihat mereka menagisi kejujuran bahwa aku adalah seorang anak laki-laki dan bukan anak perempuan seperti yang selama ini Ibu dan Bapak harapkan. Meskipun begitu, aku akan tetap menjadi diriku sendiri. Aku tidak akan berpura-pura hanya untuk membahagiakan mereka. Bagaimana caraku bisa membahagikan orang lain jika aku tidak bisa membuat diriku sendiri bahagia?Apapun rupaku, aku adalah tetap anak mereka dan sampai kapanpun Ibu dan Bapak akan tetap menjadi orangtuaku.
THE END.
Maybe for others im not a real anything,
Im not a boy and I'm not a girl.
I don't want to deceive myself by pretending to be someone else.
I want other people to know the real me, im a transgender.
It may be difficult for my mother, my father and my brother, if people then insult them.
But if it happens, I will never leave them.
I will stick with them throught it all and we would each drop support.
And I realized how lucky we all are to be alive, no matter what our circumstances are
So please write me if you ever feel down and think of hurting yourself
And I'll remined you what you forget,
"Whatever your choice, you are perfect in every way sweet boy! Or girl!"
(Boy meets Girl, 2014)
AYARA BHANU KUSUMA
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG. [END]
Roman d'amour"Maybe for others i'm not a real anything. I'm not a boy, i'm not a girl. Yes, i'm a transgender."