-○○-
22 november 2002
Pemakaman elit AnbuSiang itu hujan menguyur bumi dan membasahi tubuh orang-orang yang turut berduka atas gugurnya pahlawan Jepang yang amat dibanggakan dan dihormati senior dan para generasi muda.
Tatapan mereka terpaku pada satu objek yakni sebuah pusara yang bertuliskan Uchiha Itachi. Pria muda yang masih segar diingatan mereka sebagaimana mengorbankan dirinya untuk tugas melindungi keamanan kota.
Seorang remaja yang menjadi satu-satunya merasa kehilangan pria dibanggakan, menangis keras didalam pelukan seseorang yang juga turut merasakannya. Isakan dan cicitan lirih sedikit-sedikit meluncur dicelah bibir pucatnya.
Namun tiada yang mencoba menghentikannya karena tahu hanya itu satu-satunya cara untuk mengeluarkan seluruh luka didadanya pasca kematian kakaknya.
"Niisan-hiks!"
Pelukan Sasori ditubuh remaja semakin erat ketika penyesalan didadanya semakin menyakitkan jiwanya. Dalam hati dia selalu mengulang kalimat yang masih sama setelah melihat tubuh kaku sahabatnya yang telah dilumuri darah dan merasa jiwanya kembali kosong oleh penyesalan yang banyak ketika tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu.
Dan sekarang memeluk tubuh remaja berusia enam belas tahun ini upaya agar dapat meringankan beban. Walaupun Sasori berpikir ini hanya sia-sia karena Sasuke masih saja menangis dan memanggil kakaknya.
"Sasori-nii-hiks niisan...hiks!"
Sesak didada Sasori semakin mendesak, ketika melihat wajah hancur adik sahabatnya. "Aku berjanji Itachi, aku akan menjaga Sasuke seperti permintaanmu." Bisiknya seraya mengendong Sasuke yang tidak sadarkan diri.
.
Sebulan berlalu begitu cepat, kematian Itachi menjadi mimpi buruk bagi Sasori, dia yang sedang sibuk membancuh susu termenung melihat tiada respon positif yang terjadi terhadap Sasuke.
Pria remaja itu masih tetap sama seperti sebulan yang lalu, rapuh dan hancur. Tapi Sasori tahu, Sasuke hanya bersikap tenang agar tiada yang tahu kegelisahan hatinya.
Kematian Itachi tampaknya membawa begitu banyak perubahan pada diri Sasuke, adik Itachi itu terlihat lebih dewasa dibandingkan remaja nakal beberapa tahun yang lalu suka jahil pada Sakura.
Mereka memang bersahabat semenjak kecil, namun Sakura dan Sasuke bagaikan kucing dan tikus yang selalu bergadu membuat dirinya dan Itachi kadang merasa repot juga.
Sakura dan Sasuke sama-sama keras kepala. Dulu Sasori dan Itachi sering kali mengutuk betapa nakalnya adik-adik mereka dan sempat berdoa agar sikap kepala batu itu akan berubah.
Tapi kini, dia justru memohon sebaliknya, agar sikap adiknya dan Sasuke kembali nakal, pemberontak dan keras kepala. Itu lebih baik rasanya, dibanding melihat kedua anak remaja itu termenung dan banyak pikiran yang seharusnya tidak cocok dipikirkan oleh anak seusia mereka.
Terkadang Sasori mengutuk takdir yang membuat mereka sama-sama kehilangan. Pikirannya menghilang, mendengar suara kursi ditarik dan bunyi lainnya yang muncul. Sasori tersenyum Sambil mengoleskan rasa coklat dan stawberry pada roti dan meletakkannya di atas piring Sasuke dan adiknya.
"Makanlah Sasuke."
Sakura mendecih, tampak bosan dan tidak tertarik untuk menyentuh roti yang diberikan kakaknya. "Berhentilah memanjakan dia Niisan. Ck, dia bukan anak kecil lagi."
YOU ARE READING
Cruel Revenge
FanfictionSasusaku Fanfiction Cinta tulus, dibalas kebencian yang pekat. Kebahagian indah, dibalas oleh kebohongan yang menyakitkan. Lalu bagaimana jika kebencian dibalas kebencian? Sakit dibalas oleh sakit? Bukankah justru akhirnya hanya saling menyakiti? "B...