Bab 12 - Mistake

2.2K 326 28
                                    





-○○-

Pukul sepuluh tepat, ditemani angin berhembus pelan dan kegelapan yang mencekam namun mendamaikan, Sakura menjatuhkan dirinya di atas kasur sambil menundukkan wajahnya menatap tidak fokus ke bawah kaki telanjangnya.

Lalu bertanya sekali lagi, apakah ini sudah terbaik yang dapat dia lakukan. Apakah dia baik-baik saja dengan semua ini. Sakura membutuhkan jawabannya, tapi sering tidak mendapatkannya. Yang dia dapatkan hanya kekosongan yang melebar dan semakin jelas didalam rongga dadanya.

Sangat menyesakkan, hingga dirinya sendiri sulit mengawal desakan tersebut.

Kehilangan pernikahannya bersamaan dengan bayinya, bukanlah perasaan yang diinginkannya. Bahkan walaupun ada badai yang datang menerjangnya serta ingin membawa bayinya, sampai mati pun dirinya tidak akan melepaskan jemari kecil itu.

"Tapi kenapa?" Cicitnya lirih. "Tidak cukupkah... Tidak cukupkah, pernikahanku direbut? Sekarang.... sekarang kalian ingin merebut bayiku....?"

Bibir pucatnya bergetar, membuat luka yang dia simpan didadanya meledak. "Belum cukup kehilangan ayah dan ibu, sekarang kalian juga merebut kebahagianku. Kenapa..." Sakura menarik surai sepunggungnya dan meremasnya. "Kenapa kalian tega!" Teriaknya.

"Hiks...hikss..." Isaknya ganti meremas kasurnya menyalurkan rasa sakit didadanya saat ini. "Demi tuhan, kenapa kalian tega!"

"Aku...hiks...hiks."

Di balik pintu kamarnya, sejak sepuluh menit yang lalu yang sangat disayangkan Sakura tidak menyadarinya kalau ternyata kakaknya melihat dan mendengar teriakannya.

Hazel pria berumur duapuluh lima tahun itu menyipit dan tampak meredup, Sasori mengulirkan matanya menjauh dari pemandangan tersebut sembari meloloskan desahan panjang dari celah bibirnya.

Seluruh tubuhnya semakin melemas dari hari ke hari, pikirannya juga turut berdenyut-denyut dan terasa amat sakit. Sakura memang pintar menyembunyikan kesedihannya, tapi sepertinya adiknya itu tidak sadar, kalau dirinya itu memang ada.

Walau tidak disadari beberapa hari ini, Sasori selalu berusaha untuk mengawasi adiknya agar setidaknya Sakura tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Mungkin memang seharusnya aku tidak menikahkanmu dengannya, Sakura." Bisiknya mengepalkan tinjunya. "Niisan pikir, setelah bersamamu, Sasuke setidaknya melupakan tentang kematian Itachi. Tapi..." kata-katanya tercekat.

Sasori menyentuh ponsel disaku celananya dan lalu mencari nomor sahabatnya. Setelah dering pertama, suara diseberang baru terdengar. "Gaara, ceritakan semuanya padaku." Pintanya menyandar ke dinding.

"Sasori, maaf tapi-"

"Aku kakaknya, tapi aku merasa tidak berguna selama ini Gaara. Sakura keluargaku satu-satunya, aku tidak tahan berdiam seperti boneka seperti ini. Sudah cukup." Sela Sasori cepat dengan nada terluka.

"Maaf sekali lagi. Tapi Sasori aku tidak bisa. Aku sudah berjanji kepada Sakura untuk merahasiakannya darimu. Tetapi... kalau kau ingin tahu, kau bisa tanyakan padanya."












.













Di sisi lain, tempat gelap dipenuhi lampu berkelip-kelip dan musik memekakkan telinga serta beberapa pasangan sedang menari ditengah-tengah lantai klub malam. Sasuke memalingkan wajahnya dari seorang wanita sexy yang sedang melambai kearahnya.

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now