Bab 2

3.2K 327 13
                                    


-○○-

Musim semi berlalu dengan cepat kini musim baru menyambut kota Jepang. Setahun setelah kejadian perginya Uchiha Itachi. Setahun terjadinya perdebatan sengit Sasori dan Sakura serta Sasuke.

Dalam waktu setahun itu, keadaan masih tetap sama. Di mana setiap ada Sasuke, disitu juga perdebatan tercetus. Sulung dari Haruno itu mati akal untuk membuka hati mati adiknya.

"Niisan, berapa lama di Suna?" Tanya Sakura sambil menjinjit tas hitam sekolahnya.

Dibelakang muncul Sasuke lengkap dengan seragam SMA yang serupa seperti Sakura. Sasori menuangkan kopi hitam kesukaan Sasuke dan susu untuk Sakura sebelum menjawab pertanyaan adiknya.

"Tiga hari paling lambat." Ujarnya tersenyum pada Sasuke.

"Hati-hati." Suara itu keluar dari celah bibir Sasuke seraya menyentuh roti isi telur sebagai sarapannya.

Sakura meliriknya datar, kemudian menyibukkan diri. Pura-pura menganggap hanya dirinya dan kakaknya saja yang berada disana.

Ini yang terbaik, pikir Sasori menyesap kopinya. Keadaan saat ini terasa normal dibandingkan setahun yang lalu dimana Sakura selalu mencari cara agar bisa menghina Sasuke.

Dan beruntung adiknya sedikit berubah walaupun aura disekilingnya masih tetap datar dan tak acuh terhadap Sasuke.







.









"Apa yang kita lakukan disini?" Tanya Sakura datar sambil melirik suasana disekitarnya.

Bulu romanya berdiri, ketika napas Hidan menerpa lehernya. "Bersenang-senang. Bukankah kau pernah bilang, kalau kau muak dengan sikap kakakmu?" Tangan kekasihnya itu berjalan kearah pinggang kecilnya. "Sekarang aku ingin menghiburmu."

"Ya. Tapi tidak perlu sampai ke klub malam seperti ini." Ujarnya merasa risih dengan bau alcohol dan asap rokok dari teman Hidan.

Jam sekolah sudah berlalu dua jam yang lalu, Sakura tidak berpikir untuk kembali pulang walaupun dunia sudah gelap. Ponselnya sudah mati berjaga-jaga agar kakaknya tidak menelefonnya.

Segelas cairan bening berkaki panjang teracung didepan hidungnya, Sakura tidak tahu minuman apa yang dipesankan kekasihnya itu dan hanya menyesapnya sedikit.

Masam dan pahit membasahi kerongkongannya yang kering, walau kurang tahu jenis minuman apa yang dihidangkan disini, Sakura tetap menghabiskannya.

Suara musik terdengar, beberapa teman sekelasnya berjalan ke arah lantai dansa dan mengerakkan bahagian tubuh mereka dengan pasangan masing-masing. Pemandangan itu hanya dia tatap dengan datar.

Berusaha menghilangkan sakit dikepalanya akibat perlakukan Sasori yang semakin hari semakin menyayangi Sasuke membuatnya tidak memiliki pilihan lain selain menerima pria sebayanya itu.

Dia boleh saja memberontak, bukankah dia sudah pernah melakukannya. Tapi kalau dipikir-pikir, untuk apa semua itu? Buat apa dia bersusah payah mengusir Sasuke sedangkan kakaknya mati-matian memarahinya dan malah membela adik sahabat kakaknya itu.

Semuanya memang memuakkan, ditambah Sasuke sekarang terlihat besar kepala dihadapannya. Remaja itu tidak lagi berusaha mengajaknya bicara seperti setahun yang lalu.

Dan lebih membuatnya panasaran, sikap Sasuke yang acuh tak acuh jika melihatnya. Seharusnya dia merasa senang atas perlakukan masa bodoh pria itu, karena sejujurnya dia lebih nyaman jika Sasuke tidak lagi menampilkan senyum palsunya.

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now