Bab 3

3.1K 278 24
                                    


-○○-

Haruno Sakura telah sah menjadi istri Uchiha Sasuke, sudah jelas pikir Sakura menatap pantulan wajahnya dikaca riasnya. Langit sudah gelap ditemani kelipan bintang-bintang kecil.

Setelah pesta kecil yang diadakan Sasori untuk pernikahan mereka, Sakura memilih mengunci dirinya sendiri di kamarnya. Belum beranjak walaupun jarum jam sudah bergerak ke angka delapan malam.

Maknanya, dia sudah terlalu lama duduk kaku didepan meja riasnya. Masih dengan baju gaun yang dikenakan ditubuh remajanya dan hiasan diwajahnya. Tiada yang berubah, semuanya tetap sama.

Kecuali perasaan aneh yang dia rasakan, semenjak Hyuuga Hinata menemuinya seminggu yang lalu. Sakura sering dihantui sesuatu perasaan yang amat mengelirukan dirinya.

Terombang-ambing untuk sesuatu yang tidak pasti seperti saat ini, sungguh amat dia benci. Terutama ketika pemikiran itu ada nama Sasuke yang terjebak didalamnya. Ini bukan tentang pria itu.

Ini tentang dirinya sendiri. Memikirkan alasan demi alasan kenapa dia berada bersama Sasuke dan kenapa pria itu tergerak untuk membantunya. Sasuke tahu, dia masih sangat membencinya.

Akan lebih mudah kalau Sasuke mengabaikan dirinya saja tidak perlu membantunya dan setelahnya, dia membentaknya lagi dan lagi.

Emosinya dimainkan, Sakura tidak tahu apa yang didapatkan Sasuke melakukan semua ini. Membantunya dan menanggungjawabkan sesuatu yang belum pasti.

Menurutnya itu tidaklah terlalu berharga untuk dipikirkan. Kalau memang Sasuke masih memikirkan persahabatan sejak kecil mereka, Sakura mungkin memahaminya.

Tapi, jika ini tentang perasaan pria itu yang sebenarnya, Sakura jelas tidak tahu ingin mengatakan apa. Karena dia sendiri tidak tahu balasan apa yang pantas bagi pernyataan tersebut.

"Sakura?"

Panggilan dari balik pintu menginterupsi disusul ketukan sebanyak dua kali. Sakura mengedipkan matanya yang terasa perih sambil bangun dari bangkunya berjalan kearah pintu.

Ekspresi datar Sasuke muncul sebaik pintu terbuka, pria itu menatapnya lama dan berujar tenang. "Sasori-nii memanggil kita ke bawah."

Lidah Sakura terjulur membasahi bibirnya, dia mengangguk kaku sembari melewati Sasuke bagi menemui Sasori di lantai satu.

Sasuke menatap punggung mungil itu intens seraya mengekorinya dari belakang.






.






Bunyi keyboard terdengar ketika pasangan remaja itu muncul dari anak tangga. Sasori tidak lebih dulu menoleh menatap Sakura dan Sasuke yang memilih duduk di bangku tunggal masing-masing.

Setelah menekan tombol send di layar kaca laptopnya, sulung Haruno itu menoleh dengan senyum membayang diwajah tampannya.

"Sakura, kenapa belum ganti baju?" Alis merahnya mengerut menyadari gaun masih menempel ditubuh adiknya.

"Tadi aku tertidur, tidak sempat ganti baju." Alasan itu keluar dicelah bibir Sakura.

Senyum simpul Sasori melengkung, pria berusia duapuluh empat tahun itu menyandar nyaman ke sandaran sofa sambil melirik Sasuke dan Sakura berulang-ulang.

Risih ditatap berulang-ulang, Sasuke berdehem sambil mengaruk tekuknya. "Sasori-nii ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" Tanyanya.

Tawa Sasori menyembur, dia belum merasakan perasaan seringan ini setelah kepergian Itachi sahabatnya. Dan berpikir, dia tidak akan pernah merasakannya lagi ketika mengingat bagaimana interaksi Sakura dan Sasuke.

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now