-○○-
Lain tempat di sebuah restoran, Sasori mengelah napas panjang dengan tatapan redup yang terarah pada kedua pasangan kekasih di hujung sana. Seseorang yang amat dia kenali. Dia mengeram marah, tapi juga tidak mengerti kenapa dia tidak bisa membenci.
Hazelnya kemudian terangkat memandang langit malam, dan sekali lagi mengepalkan tinjunya menyadari seberapa besar adiknya ingin membohonginya.
"Sebenarnya Sasuke apa yang kurang didalam hidupmu." Gumamnya melihat Sasuke tersenyum tipis pada Shion. "Apa keberadaan kami masih belum cukup membuatmu bahagia?"
Apanya menikmati bintang? Sasori bahkan tidak melihat satupun bintang di atas selain awan yang berkumpul semakin banyak. Ternyata benar, Sakura sudah tahu tentang pengkhianatan Sasuke.
"Maaf." Cicitnya serak, sadar kalau semua ini adalah kesalahannya. "Andai saja aku tidak memaksamu menikah, kau tidak akan terluka. Maafkan niisan Sakura."
Sasori menyentuh layar ponselnya dan menekan nomor sahabatnya. "Gaara kau ada waktu sebentar?" Tanyanya tanpa melepaskan tatapannya kepada Sasuke yang tampak hendak meninggalkan restoran.
.
"Nona anda ingin memesan apa?"
Wajah Sakura terangkat menatap pelayan lelaki yang tersenyum sopan padanya. "Air putih." Ujarnya pelan.
Tatapannya kembali ke bawah setelah pelayan tadi mengangguk dan meninggalkannya. Belum pernah seumur hidupnya, Sakura perlu memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Apa yang akan terjadi besok, hatinya tertanya-tanya. Jiwanya masih meratap dan mengulang, kenapa harus dirinya? Kenapa harus setelah dia mengandung. Bukankah lebih bagus, jika Sasuke menghancurkannya tanpa meninggalkan benih diperutnya.
"Ahh." Desahnya membuang rasa sesak didadanya.
Dia ingin menangis, tapi juga tidak ingin menangis. Sakura sudah memikirkannya untuk membuang perasaan egois didadanya demi bayinya. "Tapi rasanya amat menyakitkan." Bisiknya.
Sakura tidak dapat menjanjikan apapun, bagaimana nantinya ekspresinya ketika bayinya lahir. Dia awam. Dan ketika perasaan menyayangi itu mendesak perasaannya. Pengkhianatan Sasuke dan apa yang dia lakukan dibelakangnya bermain-main dipikirannya.
Bagai kaset rusak menganggu otak dan jiwanya. "Kenapa?" Cicitnya meremas surainya.
"Maaf, kau menunggu lama?"
Gaara menarik kursi didepan Sakura sambil memanggil pelayan dan memesan sesuatu. "Ada apa? Kau ingin bertanya tentang saham?" Tanyanya tersenyum tipis.
"Saham?" Gumam Sakura mengulang kalimat putra Sabaku Rasa itu. Saat sadar, dia menggeleng singkat. "Tidak. Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."
Sambil menyesap kopinya, Gaara mengangkat alisnya dan bertanya. "Apa itu?"
Sakura sekali lagi mengulang kenangan yang masih tersisa dihatinya, merakam senyuman tipis yang sering Sasuke berikan juga pernyataan cinta pria itu. Dan terakhir pernikahan mereka.
YOU ARE READING
Cruel Revenge
FanfictionSasusaku Fanfiction Cinta tulus, dibalas kebencian yang pekat. Kebahagian indah, dibalas oleh kebohongan yang menyakitkan. Lalu bagaimana jika kebencian dibalas kebencian? Sakit dibalas oleh sakit? Bukankah justru akhirnya hanya saling menyakiti? "B...