-○○-
Cakrawala tampak gelap, berlapiskan awan-awan yang semakin banyak berkumpul menghiasi sekelilingnya. Matanya terpusat ke sana, lama dan termenung sambil memikirkan kembali kias kejadian beberapa menit yang lalu.
Segala perkataan Guren terniang-ngiang bagai sebuah teriakan yang tiada hentinya merusak proses otaknya. Sakura berpikir sekali lagi, dengan langkah yang semakin perlahan dia pijak.
Betapa naifnya dirinya karena sempat berpikir, jika penderitaannya akan berakhir setelah pernikahannya juga kandas. Dan mereka sudah saling memulai hidup yang baru.
Tetapi Sakura sekali lagi berpikir dirinya terlalu bodoh dan polos. Tawanya menyembur serak, matanya secerah pandangannya. Dia tidak menitiskan airmata sepertimana rasa sakit yang mengujam dadanya saat ini.
Dia menahannya, walaupun sakit semakin perih dirasakan oleh anggota tubuhnya. Terutama dadanya. Dia bohong, kalau tidak hancur ketika melihat perselingkuhan Sasuke dan Shion. Dia juga berbohong kalau mengatakan dia tidak hancur saat tahu bayi kembarnya meninggal.
Tapi rasa sakit itu masih bisa dia ikhlaskan dan dia masih mampu bertahan dari semua luka itu. Sakura memejamkan bola zamrudnya, seraya berpikir kemungkinan dirinya tidak akan bisa mengandung lagi. Bukan kemungkinan, tapi mungkin kenyataannya dia tidak akan mengandung lagi untuk selamanya.
"Hihihi." Kekehnya menatap intens ke depan, dia masih berada tidak jauh dari rumah sakit dengan pikiran nyaris pecah.
Sakura tidak tahu apakah dia harus menangis terisak-isak disini menangisi dirinya yang telah menjadi mandul. Atau diam bagai boneka tanpa emosi seperti yang dia lakukan beberapa hari ini.
Karena kalau boleh jujur, dia lelah sering menangis dia juga lelah meratapi nasibnya. Dia hanya ingin semua ini segera berakhir dan tidak peduli bagaimana endingnya nanti.
Dia benar-benar tidak peduli.
Membuang napas panjang, Sakura kembali melangkah menyusuri jalan trotoar menuju mobilnya. Namun langkahnya malah dikejutkan oleh pertengkaran dua kelamin wanita yang sangat dia kenal.
"Tayuya? Hyuuga?" Bisiknya menyembunyikan diri dibalik mobil orang lain. "Apa ya-"
"Kau kurang ajar Tayuya! Berani sekali kau mengkhianatiku hah!"
Teriakan Hinata yang keras serta tiba-tiba membuat Sakura refleks membekap bibirnya sambil mengerutkan alis. "Sudah mulai ya." Gumamnya menyipitkan mata ketika melihat wajah Tayuya yang mulai memucat.
"A...Apa yang kau katakan Hinata. Aku benar-benar tidak mengerti." Jawab Tayuya tertawa sumbang.
"Tidak mengerti kau bilang? Jangan bercanda! Kau pikir selama ini aku bodoh hah! Tidak tahu apa yang lakukan dibelakangku?" Bentak Hinata lebih kasar dari pertama kali.
Wanita itu terlihat menyimpan beribu emosi dibalik wajah bangsawannya, dan mungkin setelah melihat biang masalahnya, topengnya seolah-olah retak persis seperti dirinya yang sering dia perlihatkan kepada Sakura.
Tidak seperti dihadapan orang, Hinata sudah layak menjadi wanita sempurna idaman seluruh lelaki. Terlahir didalam keluarga kaya raya juga dikurnai wajah rupawan membuat orang lain bahkan dirinya berpikir kalau Hinata adalah wanita yang sangat sempurna tanpa celah.
Tapi sayangnya kenyataan tidak sama seperti yang orang lain pikirkan. Ternyata saat pepatah mengatakan don't judge book by the cover, sepertinya benar. Karena Sakura pikir Hinata terlalu banyak menyimpan kebusukan dibalik wajah malaikatnya.
Sampaikan dirinya ikut percaya. Ya, dulu memang benar dia terlalu bodoh sebab mempercayainya.
Sakura menyeringai ketika Tayuya beberapa kali menyanggah perkataan Hinata. Mungkin wanita bersurai senada dengannya itu masih mau bermain petak umpet dengan Hinata. Dia sudah mengintisipasi hal ini, Hinata tidak akan sebodoh itu sampai mahu dimanfaatkan sampah seperti Tayuya.
YOU ARE READING
Cruel Revenge
FanfictionSasusaku Fanfiction Cinta tulus, dibalas kebencian yang pekat. Kebahagian indah, dibalas oleh kebohongan yang menyakitkan. Lalu bagaimana jika kebencian dibalas kebencian? Sakit dibalas oleh sakit? Bukankah justru akhirnya hanya saling menyakiti? "B...