Bab 8 - Hurts Like Hell

2.6K 285 26
                                    







-○○-




Hujan menguyur membasahi beberapa pejalan kaki pada siang itu, aktivitas terhenti dan terfokus untuk mencari tempat teduh. Tapi berbeda dengan dirinya, tubuhnya tidak lagi merasakan derasnya air jatuh dari langit.

Angin kencang bertiup menerbangkan dedaunan dan perpohonan, tidak juga dia rasakan dikulitnya. Hawa dingin menggerogoti separuh kulitnya terasa bagai gigitan semut yang tidak berarti.

Semuanya datar.

Bunyi decitan mobil terdengar bersahut-sahut dan agak memekakkan, kian terasa samar di indra pendengarnya. Segala di depan matanya hanyalah sebuah kekosongan.

Kepalanya terangkat, menampilkan raut wajah yang tidak dapat ditebak melainkan oleh mata kasar. Memandang sayu ke depan, tapi juga tidak fokus. Seperti seseorang yang sedang mempertanyakan apa yang terjadi dengan dirinya.

Serba mendadak, hingga Sakura tidak dapat mendefinisikan apa yang sebenarnya baru terjadi sekitar satu jam yang lalu. Apa yang terjadi empat puluh menit setelah dirinya menginjak tanah Paris.

Kota besar yang terasa asing dimatanya. Bangunan-bangunan tinggi yang seketika membangunkan rasa panasarannya yang sudah mati belasan tahun yang lalu.

Mengulirkan anak matanya, Sakura terpaku lama pada sepasang kekasih yang sedang berbagi satu payung dengan senyuman bahagia menghiasi wajah mereka.

Airmatanya terjatuh, dadanya terasa diperas oleh sesuatu transparan. Sakura tidak mempercayai indra pandangannya, ketika mendapatkan sebuah kejutan yang tidak pernah dia inginkan semenit, setelah tahu ayah dan ibunya tidak dapat diselamatkan.

Jika benar ini hanya mimpi seperti yang sering mengacaukan alam tidurnya, Sakura akan berharap akan selalu seperti itu. Tidak mengapa, karena baginya, tiada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain melihat seseorang yang amat dipercayai mengkhianati dirinya.

Terlalu menyakitkan, hingga Sakura tidak dapat menahan airmata yang setiap dia mengusapnya akan tergantikan yang baru. Sakura menyerah, dia bangkit dari kursi taman yang dia lihat setelah berjalan tak tentu arah dua puluh menit yang lalu.

Dan mengikuti tungkainya untuk melangkah entah kemana, tapi dia berhenti lagi, "Iks." Dia menengedah sambil membekap bibirnya seerat mungkin.

Dia tidak ingin menangis, dia sudah menjanjikan itu di depan pusara ibunya. Dia berjanji akan menjadi kebanggaan ayahnya. Tapi apa yang dilakukan Sasuke, sangat menganggunya.

Sakura akan meneriakkan beribu kalimat sangat, berulang-ulang untuk menjadi saksi betapa perbuatan Sasuke membuatnya terhina, terkhianati, tersakiti. Kakinya melemas, Sakura tersimpuh tidak berdaya hanya beberapa meter dari kursi taman tersebut.

"Hiks...hiks...hiks..." Tangisnya pecah, teriakan keputusasaan meluncur kencang dari celah bibirnya. "Argggggghh!"

Sakura memeluk tubuhnya tidak berdaya, seraya sesekali mengangkat tubuhnya agar bangun dari aspal dan melanjutkan langkahnya, walaupun tiada gunanya, sebab setiap dia akan bangkit, tubuhnya kembali terduduk.

Mengigit bibirnya, Sakura menatap kearah perutnya, dan terisak lagi. Dia ingin marah, tapi kepada siapa dia marah? Dia ingin menghancurkan sesuatu tapi pada siapa semuanya dilempiaskan?

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now