Bab 9

2.1K 299 58
                                    


-○○-






Plakkk!

Bunyi tamparan itu menggelagar bagai petir menyambar, atmosfer di ruangan itu berubah tegang dibalut kesunyian yang panjang. Di tambah tiada ekspresi diwajah Sasuke yang berpaling ke samping akibat tamparan tersebut.

Seluruh tubuh Sakura bergetar, api kemarahan yang dia tahan semenjak melihat Sasuke selingkuh dengan sahabatnya seakan bagai bom waktu yang sudah meledak disekitar pembulu darahnya.

Sakura belum pernah merasakan kemarahan mengelanyar ditubuhnya bagai bara api hitam membakar emosinya. Tidak, bahkan walaupun dia tahu kematian ibunya. Tidak, walaupun dia tahu perasaannya dihancurkan.

Bibir bergetarnya terbuka, "Aku tidak peduli kalau kau menghancurkanku Sasuke. Aku juga tidak peduli jika kau selingkuh bersama sahabatku. Tapi..."

Ada jeda yang memungkinkan semua orang tertanya-tanya apakah wanita itu baik-baik saja. Wajahnya yang ditundukkan dibalut kesedihan yang sulit dikatakan membuat tiada yang tahu bagaimana perasaan wanita itu yang sebenarnya.

"Tapi kenapa? Kenapa kau membohongi kakakku?" Emelardnya terangkat, api merah masih menyala dibalik bola mata hijaunya yang dulu selalu cerah. "Tiga tahun kau bersikap polos di depan kakakku. Dan meminta simpatinya. Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan Sasuke!" Teriaknya meledak.

"Kau hanya tidak membohonginya, tapi kau juga mempermainkan perasaan tulus kakakku selama tiga tahun." Tinju Sakura terkepal erat. "Tidak bisa dimaafkan." Bisiknya serak.

"Sudah selesai?" Ucapan itu terlontar datar dari celah bibir tipis Sasuke.

"Hah." Gumaman tanpa makna meluncur begitu saja dibibir pucat Sakura bersamaan dengan bola matanya melebar.

Kening Sasuke mengerut seraya memutar tubuhnya, "Kau tidak punya urusan lagi kan?" Oniksnya tergulir ke samping menatap pantulan Sakura yang bagaikan sebuah boneka ditempatnya. "Keluarlah. Aku sibuk." Katanya mengabaikan semua itu.

Mengigit bibirnya sampai berdarah, Sakura memundurkan langkahnya tanpa melepaskan tatapannya pada punggung lebar Sasuke. "Selamat atas sandiwaramu selama ini." Ujarnya membalikkan tubuhnya dengan wajah tanpa ekspresi.

Sinar dimata Sasuke meredup, dia memejamkan matanya lalu membukanya menampilkan ekspresi dingin yang belum pernah dia perlihatkan selama ini. Namun dia mengerutkan alisnya mendengar kebisingan di luar kantor.

"Maaf, tuan Haruno, tapi tuan Uchiha sedang sibuk dia tidak-"

"Aku tidak peduli." Sela suara itu bersamaan dengan pintunya dibuka kasar membuat dirinya terpaksa memutar tubuhnya memandang tamu itu.

"Sekarang kau puas?" Tanya Sasori dingin.

Wajah memerah Sasori menjadi ekspresi pertama yang Sasuke lihat sebaik dia memutar tubuhnya menatap pria lebih tua darinya itu. Alis hitamnya terangkat, memberi jawaban yang sulit diartikan.

"Kau tidak hanya menghancurkan perusahanku, tapi kau juga menghancurkan perasaan adikku. Apa maksudmu Sasuke!" Bentak pria itu dingin, kemarahan sangat jelas dibalik hazelnya.

"Begitu." Gumam Sasuke menundukkan wajahnya kemudian mengangkatnya dan memberikan raut datar. "Jadi aku tidak perlu lagi berpura-pura kan Sasori-nii." Lanjutnya.

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now