-○○-
Brak!
Bunyi pintu kantornya dibuka kasar disusul seorang lelaki dewasa muncul dengan tatapan tajam, mengalihkan Sasuke dari kerjanya mengetik di keyboard dan memicingkan matanya.
"Ada ap-"
"Sudah cukup Sasuke." Desis Sasori dengan helaan napas kasar. "Sudah cukup."
"Apa mak-"
"Selama ini aku diam, karena kau sudah seperti adikku. Walaupun kau berniat menghancurkan perusahaanku bahkan membohongiku. Aku tidak apa-apa." Ujar Sasori menekan setiap kalimatnya. "Tapi kali ini kau benar-benar menghancurkannya."
Bangkit dari kursi berlengan, Sasuke menghampiri Sasori. "Kau ingin memberi nasihat padaku?" Katanya datar.
Mata Sasori memerah, pria itu berusaha menyembunyikan airmatanya. Hatinya sakit. "Dulu memang ya, aku memang ada niat untuk menghentikanmu. Tapi sepertinya aku terlambat." Dia mengelengkan kepalanya menatap Sasuke sendu, marah dan tajam campur aduk. "Sepertinya kau tidak bisa dihentikan lagi."
Obsidian itu menyipit, "Kalau sudah tahu kenapa masih berani menginjak-"
Bukk!
Oniks Sasuke melebar, dia tersungkur menabrak pinggiran meja kerjanya. Ketika tiba-tiba saja pukulan bersarang disudut bibirnya. Matanya tajam tersorot kearah Sasori yang menunduk mengepalkan tinjunya.
"Ka-"
"Apa kau pikir aku masih sudi menginjakkan kaki ke sini? Setelah apa yang lakukan kepada Sakura! Jangan bercanda!" Teriak Sasori dengan hazel yang basah.
Sasuke mengalihkan anak matanya ke samping, sambil mengusap bibirnya yang berdenyut-denyut. "Katakan apa maumu. Aku banyak kerja." Ujarnya datar.
"Sasuke." Bisik Sasori serak, dia mengusap matanya. "Berhentilah menyakiti adikku."
"Aku tidak pernah menyakitinya." Desis suara itu tanpa makna.
Sasori mengangkat wajahnya marah, "Kau menyakitinya Sasuke! Kau menyakitinya berulang-ulang! Kau tidak tahu bagaimana penderitaan Sakura selama ini. Ka-"
"Bagaimana dengan penderitaanku sendiri?" Tanya Sasuke dingin. Rahangnya mengeras bertemu pandang dengan hazel berkabut Sasori. "Hah, katakan!"
"Penderitaan apa?"
Mata gelap Sasuke terbelalak, "Apa kau lupa tentang kematian keluargaku ani-"
"Dengar Sasuke." Desis Sasori secara tiba-tiba mencengkeram kerah baju Sasuke. "Aku hanya bicara sekali. Dan kali ini terserahmu ingin melakukan apa." Tubuhnya bergetar ketika dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah sampul coklat kearah Sasuke.
"Baca dan fahami apa yang tertulis disitu."
"Tidak mungkin..." Cicit Sasuke meremas kertas hasil rumah sakit dijari besarnya. "Ini palsu."
Kearahnya kembali tertarik, Sasori mendesak jarak mereka. "Itu bukan palsu! Itu asli dari rumah sakit yang selama ini aku sembunyikan dibelakangmu." Cengkeramannya mengendur bersamaan setitis airmata jatuh ke pipinya. "Itachi meninggal bukan karena bertugas Sasuke, tapi dia meninggal karena dia memiliki penyakit kronis. Dia tidak ingin kau khawatir dengan keadaannya."
YOU ARE READING
Cruel Revenge
FanfictionSasusaku Fanfiction Cinta tulus, dibalas kebencian yang pekat. Kebahagian indah, dibalas oleh kebohongan yang menyakitkan. Lalu bagaimana jika kebencian dibalas kebencian? Sakit dibalas oleh sakit? Bukankah justru akhirnya hanya saling menyakiti? "B...