Bab 15 - Stone Cold

2.3K 339 71
                                    


-○○-




Hujan menguyur membasahi bumi, petir menyambar menjadi latar yang menakutkan. Di antara mobil-mobil melaju kencang itu, ada sebuah mobil berhenti tepat di depan kafe bergaya klasik.

Tungkainya menapaki jalanan, disusul tubuhnya muncul di balik pintu mobil menatap datar ke depan. Sakura seperti seorang boneka berjalan melewati pasangan muda dan beberapa orang yang sekadar berdiri menikmati rintik-rintik di luar kafe.

Shion menghubunginya dengan suara putus asa, ada kekecewaan dibalik nada itu. Walaupun dirinya tidak punya mood untuk bertemu atau berbicara dengan orang, dia tetap memenuhi keinginan Shion untuk bertemu.

"Shion." Panggilnya pelan, berhasil membuat kepala pirang itu menengedah menatapnya.

Sakura mengeleng pelan menolak seorang pelayan yang hendak mencatat pesanannya. Selain kehilangan mood, dia juga kehilangan napsu walau sekadar menyesap air. Pikirannya masih belum pulih dari kepahitan masa lalu.

"Pagi tadi aku menemukan ini di depan pintu apartmentku." Shion menyerahkan dua helai foto ke atas meja. "Aku yakin itu bukan kau Sakura." Katanya parau.

Bukan foto menenangkan pikirannya, tapi cukup membuat Sakura tertanya-tanya. "Bagaimana kau yakin itu bukan aku?" Tanyanya datar.

Manik mutiara Shion melebar, "Tentu saja karena kau sahabatku." Ujarnya mengerutkan alis tidak suka dengan pertanyaan Sakura.

"Shion." Desah Sakura menundukkan wajahnya sambil memijat dahinya, matanya terpejam dengan geraman tertahan. "Di dalam foto itu memang bukan aku. Tapi ada sesuatu yang harus kau ketahui." Katanya menatap sekali lagi foto wanita bersurai senada sama sepertinya sedang memeluk Sasuke dari belakang.

Dia yakin itu Tayuya, apa maksud wanita itu mengambinghitamkan dirinya? Tanpa dihancurkan juga, hubungannya dengan Sasuke sudah hancur dan mungkin sebentar lagi persahabatannya juga akan ikut hancur.

Sekali lagi Sakura memejamkan matanya, dadanya sesak memikirkan kenapa hanya dirinya saja yang selalu merasa disakiti. Dalam sehari, Sakura merasa tidak hanya hati dan pikirannya yang lelah, tapi juga seluruh tubuhnya.

Sehingga dia pernah berpikir untuk bunuh diri agar rasa sakit itu menghilang. Tapi Sakura tidak mungkin melakukannya, dia tidak akan membiarkan Sasuke seenaknya menghancurkan dirinya seperti ini.

Apalagi dengan alasan balas dendam.

Kedua alis Shion menyatu, foto diatas meja jadi terabaikan olehnya. "Apa maksudmu? Sesuatu apa itu?" Tanyanya mengamati bagaimana Sakura menarik napas lelah.

Hijau hutan itu meredup terangkat padanya, "Shion, lelaki yang sering aku curhatkan padamu setiap malam itu adalah..." Sakura mengelah napas lagi. "Dia Sasuke."

"Ti-" Shion terbelalak dia hampir tertawa geli kalau saja tidak melihat ekspresi kacau diwajah sahabatnya. "Itu tidak benar bukan?" Cicitnya gemetaran.

"Itu benar Shion."

Sakura membuang tatapannya, raut wajahnya seperti seorang yang sangat tersiksa. "Sebenarnya kedatanganku ke Paris, adalah menemuinya..."

"A...apa?" Cicit Shion membekap bibirnya dengan pupil mata mengecil. "Ka..kau..." Suaranya tercekat, sulit untuk memaksanya keluar.

Cruel RevengeWhere stories live. Discover now