Saat aku mulai kewalahan dengan segala harapan yang kuperjuangkan sendirian. Saat cinta perlahan mengurai putus asa. Hanya ada aku dan harapan kosong.
Mencoba membencimu ternyata bukanlah hal yang tepat untuk melindungi hati, yang ada hanya semakin menyiksa diri sendiri.
Aku pernah membencimu, tapi hanya dalam skala yang kecil, selebihnya rindu dan rindu.
Keberadaanmulah yang lagi lagi membuatku menemui kata gagal untuk mengalihkan rasa. Kau diam, penuh keterdiaman. Namun senyummu, sungguh keterlaluan.
Lagi lagi yang bisa aku lakukan, hanya sekadar memerhatikan. selain gerak-gerik bola matamu, adalah senyummu. Berapa kali kau tersenyum selalu aku menghitung-hitungnya.
Aku tahu, dan sangat paham betul bahwa senyum itu bukan untukku. Setidaknya, senyummu atau bahkan keberadaanmu saja sudah cukup menciptakan hingar bingar dalam dada, yang menjelma gelak tawa.
Lelaki tampan penuh keterdiaman, disini aku penuh pengharapan. Meski, saat ini yang bisa kulakukan hanya merapal namamu dalam doa, memerhatikanmu diam-diam, dan menghitung senyummu.
Tak ada yang salah dari cinta dalam diam, meski terkadang sesak menghimpit dada. Hanya saja, aku, kamu, dan kita lupa bahwa terkadang cinta juga butuh berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cinta Dalam Diam
Non-FictionIni hanya kisah klasik dari cinta dalam diam dari aku si pecinta tanpa mengutarakan. Tak semua pecinta bisa mencintai dalam diam. Mencintai dalam diam adalah kekuatan cinta yang luar biasa. Mencintai dalam diam tak selamanya buruk dan menyakitkan...