Kamu ingin tersenyum padaku kan?
Hari itu adalah hari terakhir kali kita bertemu. Maksudku, pertemuan yang terjadi tanpa tujuan saling menemui, ah ya aku saja yang penuh harap untuk bisa melihatmu setiap hari. Kamu yang akhir-akhir ini sering tersenyum padaku (ya, meski aku tahu bahwa senyum itu hanya basa-basi agar kau tidak terlihat begitu sombong).
Ini juga merupakan hari pertama aku akan menjalani hari-hari penuh rindu itu, aku sengaja terang-terangan memandangmu, lama. Kau yang melihat ke arahku, tampak mencoba memberi senyuman. Namun senyum itu tertahan di bibirmu. Kau hanya tampak mengulum senyum. Lucu sekali wajahmu dengan senyum tertahan itu. Sementara aku, di balik kertas yang sengaja ku letakkan pada sebagian wajahku sedang sumringah bahkan hampir tertawa di baliknya.
Barangkali binar mataku masih bisa kau lihat saat itu. Bahwa aku sedang bahagia bisa ada di sekitarmu, dan sedang berduka sebab besok dan selama hari libur aku tak lagi bisa memandang wajahmu yang menggemaskan itu. Menyebalkan!
Kata "selamat liburan, hati-hati di jalan, sampai ketemu, aku pasti akan rindu". Hanya tercekat di tenggorokan tanpa bisa aku utarakan. Yang bisa kulakukan hanya memandangmu sampai benar-benar hilang dari ruang pandang. Payah!
21/12/18
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cinta Dalam Diam
Non-FictionIni hanya kisah klasik dari cinta dalam diam dari aku si pecinta tanpa mengutarakan. Tak semua pecinta bisa mencintai dalam diam. Mencintai dalam diam adalah kekuatan cinta yang luar biasa. Mencintai dalam diam tak selamanya buruk dan menyakitkan...