Benar saja, hari-hari menyebalkan itu telah datang menguasai hampir keseluruh porosku.
Tidak bisa apa-apa, selain mengajak rindu berdamai dengan hari-hari yang tidak sebentar untuk dilewati bagi para pemuja rahasia, untuk kembali memakamkan rindu pada netra si dia.
Menyebalkan, mencintai kamu aku harus rela berkali-kali bertahan dalam pengabaian.
Berulang kali diserang oleh rindu yang tidak tahu malu.
Tak sekali duakali juga harus rela perasaannya dibunuh oleh ego sendiri.
Namun, dalam mencintaimu yang menyebalkan itu-- eh cintanya atau kamu yang menyebalkan? Kurasa tidak dua-duanya. Caraku mencintailah yang menyebalkan.
Aku sudah (harus) siap menerima kenyataan bahwa suatu saat, barangkali bukan aku yang dipilih dan terpilih.
Aku jadi (harus) bersedia untuk terlihat bahagia, meski berkali-kali mendapati diri sedang kecewa.
Memamerkan senyum, meski di hati kondisi sebenarnya adalah manyun.
Aku berani merangkai aksara menjadi tulisan romansa, meski harus menerima fakta bahwa dikisah ini sebenarnya tak ada kita, alias hanya aku yang mencinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cinta Dalam Diam
Non-FictionIni hanya kisah klasik dari cinta dalam diam dari aku si pecinta tanpa mengutarakan. Tak semua pecinta bisa mencintai dalam diam. Mencintai dalam diam adalah kekuatan cinta yang luar biasa. Mencintai dalam diam tak selamanya buruk dan menyakitkan...