Yang kutunggu tak kunjung mengunjungi. Padahal harapku cuma satu dan itu cukup sederhana.
Adalah ketika ia melihat ceritaku di lini masa. Itu sudah cukup membuat aku merasa diperhatikannya.
Tapi tak kunjung kudapat juga notifikasi itu, sedari lama aku bolak-balik, mengutak-atik profilnya, melihat kapan terakhir ia aktif. Ia sering aktif, hanya saja ia tak kunjung memperhatikan cerita-ceritaku.
Padahal aku sengaja membuat cerita-cerita agar ia melihat, dan dengan begitu aku merasa ia perhatikan.
Malam ini aku diserang rindu. Ya, benar-benar rindu. Dia hanya tidak tahu, makanya bersikap menyebalkan seperti demikian. Atau dia ingin aku tahu: adalah aku bukanlah seseorang yang ia harapkan untuk mencintainya.
Itu sakit, malam ini mataku rasanya perih, ingin mengeluarkan bulir bening karena sudah tak kuat dengan ketertahanannya. Melihat fotonya dilayar ponsel, hanya semakin menambah emosi jiwa.
Ingin rasanya aku teriaki fotonya, bahwa ia telah membuat aku kacau, berantakan tak karuan, terserak, retak sebab baru saja dikalahkan rindu yang disebabkan olehnya.
Ingin kupertanyakan: tak terbesitkah sedikit dihatinya, untuk mempertanyakan rindu yang telah lama sakit sebab kepentingan dan ego yang tak terelakkan.
Ah aku ini memang tidak tahu diri, lewat aksara terlihat memaksanya untuk peduli. Bukan memaksa, tapi aku hanya ingin ia sedikit peka.
Aku hanya ingin namamu ada dalam barisan viewers story WhatsAppku, itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Cinta Dalam Diam
Non-FictionIni hanya kisah klasik dari cinta dalam diam dari aku si pecinta tanpa mengutarakan. Tak semua pecinta bisa mencintai dalam diam. Mencintai dalam diam adalah kekuatan cinta yang luar biasa. Mencintai dalam diam tak selamanya buruk dan menyakitkan...