***Krist menghisap batang rokoknya yang ke empat dengan tenang, sesekali dia mengeluarkan asap rokoknya dari mulut dan hidungnya. Ia baru saja mengunjungi Nat ke rumah sakit tempat dokter itu bekerja dan kini, karena ia malas pulang, jadilah Krist mampir ke sebuah taman tua yang sepi; bahkan ada beberapa ayunan tampak rapuh dan bangku taman hampir karatan. Ia menyenderkan sedikit tubuhnya di motor sport miliknya.
Netranya tertuju pada seseorang yang kini sedang menaruh kedua tangannya di depan wajah tampak meringis dan memohon pada tiga orang pria yang berusaha memukulinya.
Krist berdecak kecil, ia membuang puntung rokoknya dan menginjak dengan kaki kanan hingga api rokok itu mati. Ia tak suka pemandangan seperti ini. Jika dilihat, pria yang tertindas itu masih memakai seragam sekolah, Satriwittaya High School.
Ia merapatkan jaket kulitnya dan mengacak rambut merahnya sebentar hingga sedikit berantakan. Lalu memasang masker berwarna hitam di wajahnya dan memakai topi yang hampir menutupi sebagian wajahnya. Ia menyingsingkan lengan jaketnya; tampak tatto berbentuk beberapa bintang -tiga buah bintang dengan dua bintang besar dan satu bintang kecil-di tangannya sangat kontras dengan kulit putih susunya.
Kakinya melangkah mendekati tiga orang yang masih sibuk memukuli pemuda seumurannya yang kualahan melindungi wajahnya agar tidak terkena pukulan.
"Ehem ... apa aku mengganggu kegiatan kalian?" Krist berucap santai setelah satu kali deheman sambil kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku jaket kulitnya.
Tiga orang pria itu menghentikan kegiatannya, lalu menoleh serempak padanya. Krist tersenyum miring di balik masker hitamnya. Ia pikir tiga orang ini hanyalah sekumpulan pecundang, beraninya main keroyokan. Sedang pria yang dipukuli oleh mereka tengah meringis kesakitan dalam keadaan masih tersungkur, memegangi perutnya yang terkena hantaman. Seragam sekolahnya kotor dan beberapa bagian ada yang sobek.
"Heh, bocah! Mau jadi sok pahlawan, euh? Kami tidak punya urusan denganmu!" ujar salah satu dari mereka dengan suara remeh.
Krist terkekeh, beberapa detik selanjutnya ia mengeluarkan tatapan tajamnya dengan smirk yang masih bertahan di balik masker.
"Dasar pecundang, beraninya main keroyokan!" tantang Krist tanpa takut sedikitpun.
"Sial!" umpat salah satu dari mereka lagi.
Kemudian tiga orang itu menyerang Krist tanpa aba-aba. Untung saja dengan sigap, Krist bisa menghindari dari pukulan, walaupun beberapa kali ia terkena pukulan tapi ia masih bisa mengatasi ketiganya. Ia memukul, menendang, menghajar habis tiga orang itu hingga babak belur.
Bughh....
Bughh....
Duagh!
Tiga bogem yang Krist layangkan mampu membuat satu persatu dari mereka tumbang. Krist menginjak dada salah satu dari mereka. Tanpa ia sadari, satu pria yang tumbang bangkit dan hendak memukulnya dari arah belakang. Namun Krist gerak cepat dengan menyikut lawannya, ia berbalik dan terjadilah adu pukul keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist - Sudah Terbit]
Fanfiction[Sudah Terbit] PERAYA FANFICTION Krist bad boy dan Singto si pembully. Bagaimana kalo mereka bertemu? Bukan cerita tentang bad boy yang jatuh cinta dengan good boy atau sebaliknya. Hanya seorang pemberontak yang mencoba bertahan di tengah pesakitan...