[12] Serangan Untuk Singto

1.5K 216 103
                                    

Pluem melangkah, mendekati seseorang yang kini menunggunya di sebuah markas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pluem melangkah, mendekati seseorang yang kini menunggunya di sebuah markas. Orang itu membelakanginya, kepulan asap tampak disana. Pluem yakin jika orang itu sedang merokok.

Mendengar suara derap langkah yang mendekat, orang itu tahu jika Pluem sudah datang.

"Bagaimana?" tanyanya.

"Aku tadi melihat mereka berciuman. Chimon tahu dan sepertinya dia kecewa," ujar Pluem menatap punggung orang itu.

Sang lawan bicara tersenyum miring, sekali lagi menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Arah pandangnya menerawang, membayangkan seperti apa reaksi Chimon ketika melihat Singto berciuman dengan orang lain.

"Wow, pasti itu sangat menyakitkan," gumamnya.

"Ya, tapi aku kasihan. Aku tidak tega dengan Chimon."

Orang itu berbalik, menatap tajam pada Pluem yang kini semakin mengeratkan tangannya pada tali tasnya.

"Kau menyukai Chimon, kan?"

Pluem bungkam. Benar, apa yang dikatakan orang itu benar. Dia menyukai Chimon, dari dulu. Sejak pertama ketemu di kelas yang sama. Sebelum Chimon akhirnya menjatuhkan hatinya pada Singto.

Orang itu kembali menampilkan smirk ketika merasakan keterdiaman Pluem benar adanya. Dia membuang puntung rokoknya dan menginjak dengan kasar. Melangkah mendekati Pluem dan menepuk bahunya ringan.

"Aku ingatkan padamu, Chimon dan Singto harus tau sakitnya rasa kehilangan. Mereka sudah membuat Gun ku meregang nyawa. Mereka membunuhnya! Dan kau sebagai sepupuku, ku harap kau mengerti bahwa aku sangat membenci mereka!"

Pluem menatap orang itu.

"P'Phurin ... aku tau perasaanmu. Akupun kehilangan Gun. Tapi Phi, haruskah dengan membalas dendam?"

***

Tiga hal yang membuat pikiran Singto saat ini menjadi rumit. Pertama, kembalinya Phurin. Kedua, Chimon yang mendiaminya. Dan ketiga, ciuman Krist.

Bahkan dia melupakan permasalahan penting dimana sang kekasih tengah mendapat kertas ancaman. Bodohnya dia yang ingin menjebak Krist justru dia sendiri yang terjebak.

Awalnya, Singto berencana menghajar Krist di gudang tak terpakai. Jauh dari jangkauan keramaian. Gunanya biar tidak ada yang tau kalau mereka sedang adu pukul dan aman dari teguran kepala sekolah. Lalu menjadikan Krist jera dengan menguncinya di gudang tersebut. Tapi dia salah, Krist bergerak cepat. Menarik tangannya yang hendak memukul lalu menciumnya menahan tengkuknya.

Sensasinya aneh. Ada rasa nikmat yang membuai. Singto lupa tujuannya. Siapa sangka Singto yang diberikan service seperti itu benar-benar tidak menolak. Fatalnya, sang kekasih datang memergoki mereka.

Apa Krist sebenarnya tahu kalau Chimon sudah ada disana ketika insiden ciuman itu belum terjadi?

Apa Krist sengaja?

Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist  - Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang