Nat terkejut saat ponselnya bergetar diatas meja. Dilihatnya caller ID nya muncul nama Mean disana. Seketika jantungnya berdegup kencang. Jika Mean sudah menghubunginya seperti ini maka ada sesuatu terjadi pada Krist.
Dengan gerak cepat, dia meninggalkan dokumennya dan meraih ponselnya. Menggeser tombol hijau tanpa basa-basi lagi.
"Halo, paman Nat! Paman, Krist terluka. Dia tidak sadarkan diri. Sekarang aku menuju rumah sakit tempatmu bekerja!"
Terdengar suara Mean yang menggebu sarat akan kekhawatiran.
"Apa yang terjadi, Mean?"
"Nanti saja aku jelaskan. Aku hampir sampai, Paman!"
Panggilan terputus, Nat sontak berdiri dari duduknya dan segera keluar ruangannya. Dia menunggu kedatangan Mean yang membawa Krist di depan pintu IGD.
Beberapa menit kemudian, tampak taksi membawa Mean dan Krist. Nat segera menghampiri mereka, membawa sebuah brankar. Dipindahnya tubuh lemah Krist pada brankar. Dengan bantuan beberapa perawat mereka membawa tubuh Krist masuk ke dalam IGD. Mean menunggunya di ruang tunggu.
Nat di dalam memeriksa keadaan Krist. Dibantu dengan beberapa perawat dan seorang dokter lagi.
"Dokter Nat, kau yakin tidak akan melakukan operasinya?"
Nat dirundung kegalauan. Semua memiliki resiko dan semua resiko menuju kematian. Jika operasi pun tetap saja Krist tak akan bertahan lama, belum lagi jika operasi tersebut tidak berjalan mulus, maka nyawa Krist yang akan melayang.
Akhirnya Nat memutuskan, "Kita tunggu pasien sadar, kita harus mempertimbangkan ini dengan pasien juga, kan?"
"Bagaimana kalau dia tak pernah sadar?"
Sret!
Nat yang tersulut emosi ketika teman seprofesinya seolah memojokkan keadaan Krist pun menarik kerahnya.
"Apa maksudmu mengatakan itu?!"
Beberapa perawat memekik dan melerai keduanya.
"Tenang dokter Nat, aku hanya berbicara kemungkinan terburuknya, kau ini kenapa?"
Nat melepas kerah dokter tersebut, dia menoleh pada Krist yang lemah tak berdaya. Memejamkan mata begitu damai dengan luka memar di sekujur tubuhnya.
Mean di luar duduk dengan resah. Dia sangat khwatir dengan keadaan Krist. Terlebih dia melihat bagaimana luka-luka yang mulai membiru menghiasi tubuh Krist. Belum lagi darah yang keluar masih terngiang di benaknya. Baru ini Mean melihat keadaan Krist yang seperti itu.
"Teman-teman Krist benar-benar keterlaluan!" gumamnya.
Tak lama kemudian, Nat keluar. Mean sontak berdiri mendekat pada Nat.
"Bagaimana, Paman?"
Nat tersenyum tipis pada Mean sembari menepuk ringan bahu pria itu.
"Dia harus dirawat disini dulu kurasa, sampai luka-lukanya sembuh. Kau jangan khawatir, Krist anak yang kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist - Sudah Terbit]
Fanfic[Sudah Terbit] PERAYA FANFICTION Krist bad boy dan Singto si pembully. Bagaimana kalo mereka bertemu? Bukan cerita tentang bad boy yang jatuh cinta dengan good boy atau sebaliknya. Hanya seorang pemberontak yang mencoba bertahan di tengah pesakitan...