***
Siang itu, di sebuah cafe yang terletak di jantung kota Bangkok, Nat duduk disalah satu sudutnya. Jarinya berkali-kali mengetuk meja dan netranya sesekali melirik jam tangan. Ini sudah lebih dari setengah jam namun Krist belum juga menampakkan batang hidungnya.
Ia menghubungi Krist namun nihil tak ada jawaban sama sekali. Berkirim pesan pun tak dibalasnya. Nat beberapa kali menghela nafas. Pikiran buruk berkecamuk. Bagaimana jika Krist kecelakaan di jalan mengingat pemuda itu suka ugal-ugalan. Bagaimana jika Krist sedang terlibat sebuah tawuran atau semacamnya di sekolah. Tidak sekali dua kali Krist membuatnya khawatir, setiap detik, setiap nafasnya, ia selalu memikirkan keadaan Krist yang selalu berulah membuatnya resah.
"P'Nat!"
Akhirnya suara yang ditunggu menyapa indera pendengarannya. Nat menoleh mendapati Krist yang berjalan santai ke arahnya. Krist segera mendudukkan pantatnya di kursi depan Nat.
"Jadi ... alasan apa yang ingin kau ucapkan?" tanya Nat sembari bersedekap menatap Krist dari balik bingkai kacamatanya.
"Apa?" tanya Krist tak mengerti. Nat menghela nafasnya lalu menunjukkan jam tangannya. "Ohh ... jalanan macet," jawabnya kemudian.
"Kau tidak berbohong, kan? Lalu itu kenapa sudut bibirmu lebam? Kau bertengkar dengan Ayahmu atau kau berkelahi dengan temanmu lagi?" Nat mencoba menyentuh lebam di sudut bibir Krist yang segera ditampis oleh sang empu.
"Aku tidak apa-apa, Phi ...," rengeknya dengan dahi berkerut tak nyaman.
"Yakin?" Krist menganggukkan kepala dengan malas.
Nat menghela nafas tak ingin membahas lebih dalam lagi atau Krist akan bad mood bersamanya. Ia tersenyum pada Krist dan segera menyodorkan buku menu pada Krist untuk memilih makanan.
"Pesanlah apapun yang kau mau," kata Nat.
Krist seketika berubah menjadi ceria. Netranya bergerak-gerak mengamati setiap menu yang ada di dalam buku tersebut. ia menunjuk beberapa makanan yang ingin dimakannya. Setelahnya Nat memanggil seorang pelayan yang akan mencatat pesanan mereka.
Pelayan itu pergi, Nat melirik pada Krist yang hanya diam. Nat mengamati wajah itu, namun dahinya mengernyit saat melihat Krist sedikit pucat.
"Kit ...," Nat meraih tangan Krist yang berada di atas meja, mengelus punggung tangan itu dengan lembut. Krist tersentak dan memfokuskan pandangannya pada Nat. "Kau pucat, Sayang? Kau tidak apa-apa, kan? Kau sakit? Apa yang terjadi?"
Krist hanya tersenyum miris menatap tangannya yang digenggam oleh Nat."Nyatanya hanya kau yang mengkhawatirkanku, Phi."
Nat menaikkan sebelah alisnya, lalu mengacak rambut Krist gemas.
"Kamu ini ngomong apa, sih? Tentu saja aku mengkhawatirkanmu. Aku menyayangimu bodoh! Kau selalu saja membuat khawatir," Krist mengangkat wajahnya, lalu ikut tersenyum saat Nat tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi pada Krist. "Jika kau sakit, katakan padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist - Sudah Terbit]
Fiksi Penggemar[Sudah Terbit] PERAYA FANFICTION Krist bad boy dan Singto si pembully. Bagaimana kalo mereka bertemu? Bukan cerita tentang bad boy yang jatuh cinta dengan good boy atau sebaliknya. Hanya seorang pemberontak yang mencoba bertahan di tengah pesakitan...