[16] Semakin Sakit Semakin Dekat

1.3K 197 90
                                    

Semua siswa sudah berkemas ketika mendengar bel pulang berdentang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua siswa sudah berkemas ketika mendengar bel pulang berdentang. Berbondong-bondong segera pulang mengistirahatkan tubuh mereka. Bicara tentang istirahat, seperti biasa di salah satu kelas ada siswa yang selalu tidur di kelasnya hingga jam pulang.

Siapa lagi kalau bukan Krist. Pria imut itu lagi-lagi tertidur pulas. Pluem menghela nafasnya yang kesekian kalinya. Dia mengguncang pelan tubuh Krist. Sedang tubuh itu hanya menggeliat saja. Pluem bingung, akhirnya setelah guncangan keras dan mengatakan pada Krist untuk pulang, dia pun memilih untuk pergi dari sana sebelum Chimon dkk masuk ke kelasnya.

Krist tertidur sendirian di bangkunya. Tak lama kemudia dia terbangun. Menatap sekelilingnya sudah sangat sepi. Dia melirik jam tangannya, pukul tiga lebih lima belas menit. Dia pun mengangkat tasnya. Berjalan keluar sembari menyumpal telinganya menggunakan headset.

"Pasti Mean sudah menjemputku. Siap-siap terkena omelannya," gumamnya.

Krist berjalan sembari bersenandung kecil mengikuti alunan lirik yang terputar di MP3-nya. Dia memakai jaket kulitnya sambil jalan, berhenti sebentar untuk membenahinya. Merasa cukup, dia kembali melangkah. Namun baru saja lima langkah, dia dihadang oleh tiga orang---Chimon, New, dan Earth.

Keningnya berkerut menatap ketiganya. Hingga Earth melepas headset yang melekat di telinganya. Krist masih diam, tangannya ia masukkan kedalam saku jaket kulit. Krist tak ingin lepas kendali ketika tiga orang dihadapannya memancing emosinya.

New dengan jarinya memberi isyarat pada Krist untuk mengikuti mereka. Krist tak banyak bicara dan mengikuti langkah ketiganya.

Sampailah di atap sekolah, Krist masih menatap tiganya dengan mata memicing.

"Mau apa kalian?" Krist bertanya, memecah keheningan yang sempat beberapa menit terjadi.

Chimon maju satu langkah. "Hanya bersenang-senang. Bukankah kau senang berkelahi."

Krist tersenyum miring. "Aku sedang tidak mood memukul orang hari ini. Jadi jika kalian ingin berkelahi silakan saja. Tidak ada urusannya denganku!"

Setelahnya Krist beranjak namun suara Chimon membuat langkahnya terhenti.

"Jauhi Singto!" teriak Chimon.

Krist berbalik, masih mempertahankan senyuman miringnya yang menyebalkan. "Kenapa? Kau takut dia jatuh cinta padaku?"

Chimon mengepalkan tangannya kuat-kuat. Bibirnya mengatup rapat dengan raut muka memerah menahan emosi. Sedang Krist tampak santai.

"Aku yakin Chimon pasti bertindak cepat jika menyangkut masalah Singto," bisik New pada Earth.

"Tapi Krist memang harus mendapatkan balasan. Anak itu sudah kurang ajar sama kita," balas Earth tak kalah bisiknya.

Saling menyerang dalam menatap, keduanya---Chimon dan Krist---saling melempar tatapan penuh kebencian. Jika Chimon mengingat bahwa Krist orang yang hendak merebut kekasihnya, maka Krist mengingat bagaimana ibu Chimon merebut ayahnya dari ibunya. Karena itu, sikap ayahnya berubah, ibunya nekat mengakhiri hidup, dan semua yang terjadi di hidupnya karena Chimon dan ibunya yang membuatnya seperti ini.

Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist  - Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang