[28] Ayah

1.3K 163 80
                                    

"Kit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kit ... maafkan aku. Ku mohon bertahanlah!"

Bak sebuah melodi yang terngiang dalam pendengarannya, terdengar begitu jelas. Enggan membuka mata hanya ingin menikmati. Tubuhnya terasa ringan dalam dekapan hangat. Ada rasa nyaman yang tak dapat diungkapkannya hingga dia lupa akan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Dia tahu siapa pemilik suara itu.

Singto.

Suara penuh kekhawatiran dan pengharapan. Krist sudah merindukan hal-hal seperti ini. Ketika ada seorang lagi yang membisikkannya untuk bertahan. Bukan Nat maupun Mean, walaupun Krist menginginkan ayahnya sendiri yang akan mengatakan hal seperti itu, tapi Krist cukup bahagia.

Setidaknya, ada yang menginginkannya untuk bertahan.

.

.

.

Keningnya berkerut ketika sebuah cahaya masuk kedalam netranya yang terbuka perlahan. Krist mengerjapkan matanya sebelum mengedarkan arah pandangnya keseluruh ruangan.

Ini kamar Nat.

Lalu dia merasa ada yang berat menindih tangannya. Krist mengalihkan pandangannya pada tangannya yang berada diatas perutnya. Sedikit terkejut ketika tangannya tengah digenggam oleh tangan lain, Krist menoleh ke samping dan membulatkan matanya terkejut saat mendapati Singto yang kini terbaring di sebelahnya dengan mata tertutup damai dan deru nafas teratur.

Krist mengamati wajah penuh luka akibat menyelamatkannya kemarin. Seulas senyum tipis tampak di wajahnya. Dalam hati dia berterima kasih pada Singto.

"Eeeuungghh!"

Singto menggeliat dalam tidurnya, Krist yang tersentak segera menutup matanya lagi; berpura-pura tidur. Lalu dengan perlahan Singto mengerjapkan matanya mencoba memfokuskan pandangannya. Dia menoleh dan mendapati Krist yang masih belum sadar.

Seulas senyum menghiasi paginya kali ini. Baru kali ini dia merasa bahagia mendapati Krist disampingnya. Teringat semalam saat dirinya menyelamatkan Krist, pria imut itu memanggilnya P'Sing.

"Apa kau sudah mengingatku, Kit?" cicitnya pada Krist yang masih terpejam. "Kuharap kau sudah mengingatku."

Kemudian Singto mendudukkan tubuhnya. Dia memutar tubuhnya menghadap Krist dan menatapnya lama-lamat. Mengamati segala lekuk wajah Krist.

Sahabat kecil yang selalu dirindukannya sekarang ada dihadapannya. Dia merasa bodoh karena sebelumnya mempercayai jika Chimon adalah Kit.

Baru ia sadari jika Krist di awal pertemuan mereka bak musuh yang selalu mengibarkan bendera perang, adalah orang yang selama ini dicarinya. Walaupun dalam keadaan tidak mengingatnya, namun melihat Krist yang utuh dan tumbuh mempesona itu lebih dari cukup untuknya.

"Kit ... apa kau tau hal bodoh yang selama ini kulakukan?"

Krist masih memejamkan matanya namun dia mendengar apa yang dikatakan oleh Singto. Dia menunggu dengan dada yang bergemuruh tak dimengertinya. Ada getaran tak kasat mata yang membuncah bahagia.

Venus di Bulan Oktober [Singto X Krist  - Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang