"Gimana kabar himpunan?", Janet mencoba berbicara dengan pria yang ada di seberangnya. Saat ini dia sedang asyik bermain di bagian paduan suara, dan menemukan pria bernama Steven itu sedang bersandar santai pada kotak hitam di belakangnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gak masalah apa-apa sih net", jawabnya santai dengan memandang malas ke arah Janet. Bukan malas, tapi tatapan mata memang sayu. Bahkan dari baunya pun, sepertinya Janet tau apa yang baru saja laki-laki itu lakukan saat sebelum Janet duduk di hadapannya.
"Lo habis berapa rokok?"
"Baru 2 doang"
"2 apaan?"
"2 kotak"
"Bego. Pantesan muka lo lemes, istirahat gih. Uda tau alergi nikotin. Masih aja ngerokok", ceramah panjang lebar Janet ke arah Steven. Steven hanya terkekeh ke arah Janet.
"Net", yang merasa dipanggil namanya, mengalihkan pandangannya ke arah Steven.
"Gua mau ngomong sesuatu. Tapi janji, lo jangan nyebarin ke siapa-siapa", Janet menganggukkan kepalanya.
"Gua daftar jadi calon ketua BEMU", tubuh Janet meremang. Dia teringat kembali tujuan awalnya yang ingin mengajak seorang Steven, si ambisius untuk menjadi wakil ketuanya. Tapi ucapan Steven seperti sudah memberitahu Janet, bahwa dia menolak tawaran Janet.
Bahkan Janet sempat sangat yakin, sebab Steven memiliki negosiasi yang bagus dan juga kemampuannya mengintimidasi, sehingga Janet sangat tertarik dengan sifat kepemimpinan yang ada dalam diri Steven.
"Waw.. selamat yaa semoga lo menang", jawab Janet dengan nadanya yang canggung. Steven hanya tersenyum, menunjukkan betapa angkuhnya sosok Steven yang dibanggakan fakultas teknik.
"Ntar kalo gua gagal, gua mungkin bakal ke BEM fakultas teknik",
"Jadi BEM teknik ntar hanya pelarian lo doang?", kalian bisa menyalahkan mulut bocor Janet yang tidak bisa terkendali.
"Bisa lo sebut kek gitu, but, gua bakal main fair kok...", jawab Steven kemudian mendekatkan wajahnya di hadapan Janet.
"Tapi gua yakin gua bakal menang. karena orang di hadapan gua sekarang, bakal nyerah sebelum perang"
Dan Janet sudah mulai terintimidasi.
************
"Uda ada calon wakil?", tanya Doni pada Janet yang masih duduk di ruangan inti senat. Janet menggelengkan kepalanya, bahkan dia pun nampaknya bingung dengan apa yang harusnya dia lakukan untuk memilih wakil ketuanya kelak.
"Kamu mau sampe kapan? calon ketua dan wakil satunya uda ngumpulin berkas lho"
Janet memijat kepalanya, ntah bagaimana dia rasanya sudah pusing dengan urusan di kemahasiswaannya, belum lagi laporan keuangan untuk tugasnya yang mendekati deadline.