"Mark yang jatuh cinta akan jauh lebih menyeramkan daripada Janet yang membalik meja rapat"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mark memandang ke arah Janet dengan pandangan jengah. Dia bisa melihat wajah rupawan Janet, kulit putih sehatnya, rambut hitamnya, rahang tegas dan pandangan mata yang menampilkan ketulusan. Nancy tak salah jika seharusnya ia memilih berselingkuh dengan Janet daripada James. Bahkan Mark merasa minder jika sudah berhadapan dengan Janet.
"Jangan karena Nancy, pertemanan kalian dan profesionalitas kita berantakan di tengah jalan. Nancy itu sahabatnya James, terlepas Nancy sendiri pernah ngaku ke James kalo dia suka sama James"
Mark masih membuang mukanya. Sang ketua mengetahui alasannya membuang muka dengan James, bahkan tidak mau bermaafan dengannya. Sesungguhnya dia malas jika harus bertemu dengan James yang membuatnya sudah tidak berkomunikasi dengan kekasihnya selama 3 hari, namun melihat bagaimana Janet membela James, semakin membuatnya kesal.
"Lo tau sendiri, James nolak Nancy karena apa, jangan bikin James nyesel nolak cewek secantik Nancy, karena kalo diliat-liat, James itu lebih gentle sama lebih ramah daripada lo yang hanya mandang dari jauh doang sejak semester 2"
Mark menegang. Tidak percaya mendengar kalimat terakhir Janet yang masuk ke telinganya. Darimana Janet tau bahwa ia sudah menaruh perasaan sejak semester 2? Mark tak pernah menceritakan pada siapapun, karena kala itu dia tidak tahu siapa nama anak manis yang ia lihat dari perpustakaan umum.
"Lo tau darimana? Emang kenapa kalo James nolak Nancy karena gue?!",
Seketika Mark mengingat kata-kata Tio,
'Janet itu tau segalanya', namun ia tak menyangka bahwa Janet akan setau ini.
"Lo gak perlu kaget, gue tau semua profil anggota gue sebelum gue pilih mereka jadi anggota", Mark meremas tangannya. Terlalu kaget dengan diri Janet yang selama ini bersembunyi sebagai malaikatnya. Mark yakin bahwa Janet bukan malaikat seperti yang dielu-elukan oleh sebagian mahasiswa kampus.
"Lo bukan ketua baik yang selama ini gue kira"
Kata itu terucap seiring emosi tidak stabil dari Mark. Dia tidak menyangka bahwa Janet bisa mengetahui rahasianya yang sudah tersimpan dengan rapat.
"Lo nganggep gue ketua pas lo butuh aja, pas lo gak butuh, lo gak ada beda sama pemberontak. Persepsi gue baik atau enggak, tergantung kebutuhan lo", jawab Janet dengan melipat kedua tangannya depan dada. Mark terdiam, semua kata itu benar. Mark hanya bisa menatap wajah senyuman Janet yang nampak memenangkan perdebatan.