"Jullian"
Lelaki yang dipanggil namanya langsung mengalihkan kepalanya dan menatap ke arah pria yang baru saja memanggil namanya lembut di pintu ruangan.
"Besok kamu gereja jam berapa?"
"Pagi mungkin, Kak.. soalnya sore aku gak bisa"., jawab Jullian kemudian dijawab anggukan oleh Yeriko.
"Kak Yeri, nanti kira-kira kita ada yang ngelanjutin gak ya?", Yeriko terdiam mendengar pertanyaan dari Jullian. 1 bulan lagi adalah jatah lengser kepengurusan, membuat dirinya bingung dengan segala urusan pelik yang menghinggapinya.
"Gak tau, Jul.. anggota sepak bola aja hanya kita bertiga yang bertahan", jawab Yeriko dengan nada datarnya. Tak lama dia tersenyum dan menepuk kepala juniornya.
"Tenang aja, nanti Kakak pikir caranya narik minat anak-anak lain buat masuk sepak bola. Pasti nanti ada kok", ujar Yeriko berusaha meyakinkan Jullian, meskipun dirinya tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan sendiri.
"Kemarin Christo nanyain ini ke aku, kak... tapi aku bilang buat nanya kak Yeri, Christo kayak panik gitu kak", Yeriko tersenyum. Dia harus tersenyum, agar Jullian percaya padanya.
"Semua bakal baik-baik aja kok Jul", jawab Yeriko dengan nada yang dibuat yakin, menepis kemungkinan bahwa sekarang Jullian memandangnya ragu.
Tapi tak lama Jullian tersenyum dan menganggukkan kepalanya semangat, memberikan secercah harapan untuk Yeriko. Dia akan berjuang agar Jullian mempercayainya sebagai ketua yang menjadi contoh baik untuk Jullian sendiri dan juga Christo.
"Tapi kak, kalo 3 hari lagi kita belum bisa menuhi 10 orang, UKM bakal turun akreditasi kak, berarti kita harus konsentrasi buat expo, kak",
Yeriko hanya menganggukkan kepalanya. Dia sebenarnya cemas, tapi Jullian tidak berhak tau.
***************Yeriko kini sedang asyik di kantin teknik. Dirinya beberapa hari ini menghindari bermain bersama dengan teman-temannya, dan lebih memilih untuk menyendiri. Memikirkan nasib UKM nya dan juga deadline tugas yang kadang tidak main-main.
"Makan dulu, Yer", aroma burger MCd menguak di hidungnya. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya sejak SMA, yang sudah berdiri di hadapannya dengan bigmac dan juga segelas minuman fruit tea, kecuali kentang yang sudah dimakan oleh sahabatnya itu sendiri.
"Nanti aja, wan"
"Alah, basa basi, cepet makan sekarang", Yeriko hanya diam dan menggelengkan kepalanya. Tangannya kembali fokus pada desain pemetaan yang ada di hadapannya, sekaligus sebagai salah satu media pelepas stressnya.
"Gua liat-liat, lu sering ngejauh dari gerombolan lo, lo kenapa?", Yeriko terdiam sesaat. Tidak membalas pertanyaan Iwan, justru semakin menggambar abstrak.
"Oh, biasanya kalo mau lengser tu, yang ribet ketua ama sekre. Lo lagi ribet ngurus re-or?", Yeriko menganggukkan kepalanya.
"Uda deh.. mending sekarang kita maen aja, bro.. masih lama juga, soal calon ntar pasti ada kok yang mau gantiin elo, lo lupa gua dulu juga pengurus UKM sepak bola?"
Yeriko masih diam. Dia tidak bisa menanggapi ujaran Iwan mengenai UKM sepak bola nya yang memang rasanya ingin segera Yeriko lepas dan hilangkan dari universitas.
"Wan"
"Iyaps?"
"Gua rasanya gagal jadi ketua", kalimat pesimis pertama yang Yeriko ucapkan dalam kepengurusannya setelah sekian lama. Iwan yang tadinya asyik memakan kentang goreng nya, langsung mengalihkan pandangannya pada Yeriko, terdiam beberapa saat ketika mendengar Yeriko yang selalu optimis, tiba-tiba menjadi ragu dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of BEMU 2018/2019
Teen Fiction"Have a good day all, god bless u all, and stay happy!!" Because we have another missing part, from our smile