Part 24

106 5 1
                                    

Pertama kali aku memijakkan kaki ditempat ini. Mulai hari ini aku akan menetap disini, Mengikuti dimana Putri ditugaskan. Setelah seminggu yg lalu ijab kabul itu telah merubah statusku dari lajang menjadi berpasangan.

Matahari tepat berada diatas kepala sekarang, aku berada didepan sebuah rumah sederhana bercat biru muda seperti warna awan yg menghiasi langit saat ini. Dan tak jauh dari pandanganku ada pantai membentang luas dihiasi perahu - perahu nelayan yg tersusun rapi dibibir pantai.

Aku berdiri disebuah tempat memandang hamparan air laut yang berwarna biru karena terpantul cahaya awan. Sendiri mencoba merenungi rangkaian kehidupan yang telah terjadi.

jadi disinilah tempat dirimu bersembunyi selama ini Ukhti. Setelah sekian lama aku mencari dan menunggu kabar. Aku sama sekali tak menyangka jika disinilah tempatmu berada. Di sebuah pulau kecil yg begitu indah dan berada tak jauh dari kota dimana dulu dirimu menetap.

Aaah sejujurnya aku sama sekali tak menyangka bisa bertemu denganmu lagi setelah sekian lama aku berusaha mencari informasi tentang keberadaanmu namun tak membuahkan hasil dan sempat membuat diriku menyesalkan akan kebodohanku yang tak bisa mengucapkan sesuatu yg pernah ku pendam terhadapmu.

Namun ternyata Allah masih mentakdirkan kita untuk bertemu Ukhti setelah sekian lama aku berusaha menghapus namamu dalam ingatanku yang ternyata begitu sulit untuk hilang walau berulang kali aku harus beristighfar memohon ampun pada Allah karena telah lancang hati ini berzina dengan sosokmu yg bukan mukhrimku.

Hingga hari itu tiba saat kedua orang tua putri datang menyampaikan maksudnya untuk berta'aruf kuputuskan untuk menerimanya. Dengan harapan agar aku bisa menghilangkan dosa zina dari hati yg masih kosong ini.

Entah takdir apa yg sedang Allah gariskan untuk kita, hingga dia mempertemukan kita kembali.
Sungguh maafkan aku Ukhti jika sesuatu yang aku putuskan membuat luka dihatimu.

Walau ku tak tau apa itu namun dari air mata yang sengaja engkau tahan dihari walimah ku dan putri. Aku tau jika ada sesak yg menyeruak dihatimu saat itu.

Maafkan aku ukhti jika dirikulah yang menyebabkan hadirnya sesak itu, sungguh maafkan aku...!

Ternyata abang disini, dari tadi aku cari...!

Rayyan menoleh seketika mendengar suara Putri dibelakangnya. Istrinya itu berdiri mensejajarinya masih mengenakan gamis biru bermotif dengan hijab senada.

Apa yg abang fikirkan...?

Tanya putri merangkul lengan Rayyan seraya merebahkan kepalanya dibahu bidang pemuda yg kini resmi menjadi suaminya itu. Rayyan tersenyum menggeleng merangkul pundak putri.

Aku hanya mengagumi keindahan yang Allah ciptakan dari setiap jengkal tanah yang ku pijak sekarang.

Apakah abang suka suasana disini...?

Aku sedikit khawatir, abang tak suka tempat ini karena selama ini kan abang menetap di Madinah tempat terindah yang selalu dirindukan.

Insya Allah akan betah, dimana pun abang tinggal asalkan bersama istri gak ada alasan abang untuk tidak betah put.

Jawaban Rayyan membuat putri tersenyum bahagia tak menyadari ada raut keraguan diwajah suaminya.

Maafkan aku put, tak sepenuh hati mengucapkan apa yg baru kau dengar, karena hati ini masih belum sepenuhnya berhasil melupakan dia.

Tapi Setidaknya aku akan berusaha membahagiakanmu semampu yang aku bisa, karena kau adalah tulang rusukku yang harus aku jaga dan aku bahagiakan.

Koba, Bangka

Dibalik SenyummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang