Part 12

485 18 2
                                    

Sore yg mendung, awan hitam menyelimuti jagat raya bersiap menumpah kan titik -titik air hujan, gelegar gemuruh petir dan kilat yang menyambar. aku parkirkan sepeda di teras depan dan mendapati 2 orang pria berpakaian preman berwajah garang tengah mengobrol ria bersama.

Assalamualaikum.....

sapa ku di ambang pintu hendak masuk ke rumah setelah seharian ini bekerja menjaga toko buku. ku dengar suara ayah menyahut salam dan ku lihat seorang pria paruh baya duduk di sebuah kursi kayu, didepannya terlihat ayah dengan wajah cemas memandang dalam ke wajah pria itu.

ada tamu yah....?

sapa ku bertanya, pria paruh baya itu tersenyum ke arahku " siapa gadis manis ini bud..? "

aah dia Afa anak sulungku Ton...!

aku mendekat mengatupkan kedua tangan di depan dada dan memperkenalkan diri sekedar basa - basi sebelum akhirnya beranjak ke dalam rumah untuk bersiap - siap pergi ke apotik usai maghrib nanti.

ayah Afa pergi kerja dulu yah...

kenapa cepat sekali fa...?

biasanya habis maghrib kau berangkat.....

iya hati - hati dijalan fa....!

iya ayah,permisi om Assalamualaikum...

Waalaikumsalam wr wb....

Author pov

cantik sekali anakmu Bud, aq tak menyangka kau mempunyai anak sebesar itu, ku kira anakmu hanya Anisa dan Aida...

Afa memang jarang di rumah ton, dia sibuk bekerja... ayah menjawab dengan gusar menyadari kerlingan di mata toni saat menatap Afa.

pria itu tersenyum misterius, meraih cangkir kopi yg ada di depannya lalu menyeruputnya sebentar.

jadi bagaimana bud, waktu 6 bulan sudah hampir habis apa kau sudah siapkan uang nya seperti janjimu...?

Ayah Afa terdiam, ada kekalutan dihatinya mendengar pertanyaan pria itu, ia genggam telapak tangannya sendiri, ia sudah berfikir banyak beberapa bulan ini mengumpulkan uang upah menjahit yang akhirnya terpakai juga untuk membayar selisih pengobatan Aida, mencari pinjaman uang pada teman - temannya yang tak kunjung dapat hingga mencoba menggadaikan surat tanah warisan nenek di sebuah bank Swasta tapi hasilnya tetap nihil. pihak bank tidak menyetujui aplikasinya dikarenakan pekerjaannya yang tak mempunyai penghasilan tetap.

" eeem.... begini Ton, aku belum bisa mengembalikan uangmu untuk saat ini, pengobatan Aida masih memerlukan banyak uang, bisa kah waktu pembayaran nya diperpanjang Ton....?

woaah budiman bagaimana ini, sesuai perjanjian jika aku menambah waktu pengembalian uang itu tentu bunganya akan bertambah kawan....

jika kau tak keberatan dengan itu, aku tidak masalah dengan itu, lagi pula kau adalah temanku, menolong sesama teman itu harus bukan...?

Budiman merasa gusar namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menyetujui kata - kata yang baru saja diucapkan temannya yang bernama toni itu, ada rasa sesal dalam hatinya karena telah mengambil resiko meminjam uang pada rentenir seperti toni, namun tak ada yang dapat ia lakukan waktu itu mengingat jumlah uang yang diperlukannya untuk mengobati penyakit yang diderita Aida.

baiklah toni, beri aku tambahan waktu, aku akan mengusahakan mengembalikan uangmu secepatnya....

pria paruh baya itu tersenyum seraya menyeruput minumannya.

" Baiklah kawan aku berikan kau waktu 6 bulan lagi, jika dalam 6 bulan kedepan kau tak bisa membayarnya maka dengan berat hati aku tak bisa membantumu lebih kawan "

Dibalik SenyummuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang