You see friends, i see a lovers
...
“Hei, Na!”
Jaemin yang sedang berjalan menuju perpustakaan menoleh saat mendengar sebuah suara menyebalkan yang sudah sangat tidak asing baginya.
Itu Hyunjin. Yang sedang tersenyum dengan senyum bodohnya sambil bersandar pada tiang koridor.
Seseorang tolong ingatkan Jaemin untuk meninju wajah menyebalkan itu nanti.
“Apa?” Jaemin menghentikan langkahnya. Menatap malas pada Namja berkulit putih yang sedang berjalan kearahnya itu.
“Bagaimana kencanmu dengan Jisung kemarin? Apa lancar? Sudah melakukan apa saja?”
Jaemin mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan-pertanyaan Hyunjin. Terutama yang terakhir.
Pertanyaan macam apa itu?
“Kami tidak berkencan. Jisung-ie hanya menemaniku main di game center kemarin.”
Hyunjin menepuk dahinya sambil memasang wajah sok frustasi. “Ya tuhan, apa dosaku sampai berteman dengan orang sepertimu. Kau ini tidak peka atau bodoh sih?”
Jaemin mendelikkan matanya. Berani-beraninya Hyunjin mengatainya bodoh.
“Hei, aku tidak bodoh ya, kau yang bodoh tahu!” dengan anarkis Jaemin memukuli lengan Hyunjin. Membuat Namja berkulit putih itu mengaduh kesakitan sambil berusaha menghindari pukulan Jaemin.
“Akh! Sudah, sudah!”
“Salah sendiri. Kau yang cari masalah denganku.” Jaemin tak menghentikan pukulannya. Bahkan ia ikut mengejar Hyunjin saat Namja menyebalkan itu melarikan diri darinya.
Tak sulit untuk mengejar Hyunjin. Kaki mereka berdua sama-sama panjang walaupun memang Hyunjin sedikit lebih tinggi darinya.
“Kau harus belikan aku es krim sebagai permintaan maaf.” Jaemin memegangi lengan Hyunjin dengan erat setelah berhasil menangkap Namja itu di parkiran kampusnya.
“Baiklah, baiklah, apa kau masih ada kelas setelah ini?” Hyunjin melepaskan tangannya dari Jaemin dan membereskan hoddienya yang berantakan karena Jaemin terus-terusan menariknya.
Jaemin melirik jam tangannya. “Kurasa tidak. Hari ini dosennya ada acara keluarga. Jadi kelasnya diundur sampai minggu depan.”
“Aku tak tanya alasannya. Aku hanya tanya kau ada kelas atau tidak. Kenapa kau malah menjelaskannya?”
Hyunjin dengan wajah tanpa dosanya adalah salah satu hal yang paling Jaemin benci. Percayalah.
“Oke, oke, jangan pukul aku lagi. I’m so sorry babe,” Hyunjin menunjukkan isyarat damai begitu Jaemin hendak mengangkat tangan untuk memukulinya lagi.
“Berhenti memanggilku Babe atau kujadikan kepalamu sebagai bola bowling?!”
“Oh ya tuhan, jahat sekali. Itu kan panggilan sayangku padamu, Na~”
Ingatkan Jaemin untuk menenggelamkan Hyunjin di sungai Han nanti. Demi apapun nada bicara Namja itu benar-benar terdengar menjijikan diteliganya.
“Sudahlah, itu tak penting. Bagaimana jika kita ke SMA sekarang? aku rasanya merindukan Jisung.”
Hyunjin berniat menggoda tentu saja. Ia hanya ingin melihat bagaimana reaksi Jaemin. Hell no! Tidak mungkin ia benar-benar merindukan Jisung.
Mungkin Jaemin yang begitu?
Jaemin memincingkan matanya. Hyunjin bisa melihat ada sebuah kilat tatapan sinis di mata bundar Namja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight
Fanfiction"Cinta pada pandangan pertama bukanlah hal yang mustahil dalam kehidupan," Park Ji Sung × Na Jae Min [Bahasa]