[Disaster]

1.6K 215 29
                                    

I’ve never thought that could be like this, I’m sorry

...

Saat ini Jaemin dan Hyunjin sedang berjalan beriringan menuju sebuah cafe yang memang letaknya tak begitu jauh dari kampus mereka.

Semua kelas dan mata kuliah telah selesai, kini saatnya untuk refreshing dan menyegarkan kepala mereka dari rumus-rumus sialan yang menyakiti kepala.

Setelah mendapatkan sebuah meja dan mengajukan pesanan, Jaemin melepaskan almamaternya dan menatap Hyunjin yang duduk diam didepannya.

“Hei, aku perlu sebuah saran darimu.” Ucapnya.

Mendengar itu, Hyunjin menaikkan sebelah alisnya heran. “Saran apa? Tak biasanya kau meminta saran dariku.”

“Begini...” Jaemin melipat kedua tangannya diatas meja. “hubunganku dan Jisung akan menginjak 1 bulan saat lusa nanti. Menurutmu, hadiah apa yang harus kuberikan untuknya?”

Raut wajah Hyunjin yang tadinya serius mendengarkan kini berubah menjadi datar. Ia kira Jaemin ingin membicarakan sesuatu yang penting, tapi ternyata tidak jauh dari Jisung lagi.

“Setahuku Anniversary hubungan itu dirayakan setiap satu tahun. Bukan sebulan.” Hyunjin berujar dengan datar. Agaknya ia heran dengan tingkah Jaemin yang terkadang ajaib dan pemikirannya yang terkadang tidak rasional.

Kenapa ia mau berteman dengan anak itu?

“Berisik! Cepat beritahu saja padaku apa yang harus kuberikan padanya?!” Jaemin memincing kesal.

“Mana kutahu! Kan kau yang kekasihnya, kenapa tanya padaku?” Hyunjin menyeruput segelas expresso dingin yang baru saja sampai didepannya dengan wajah datar.

“Ish, kau kan sering bermain dengannya, siapa tahu saja kau tahu apa yang dia sukai.” Jaemin mencebikkan bibirnya lalu dengan cepat menenggak americano dingin miliknya dengan raut wajah yang memberengut lucu.

Sangat imut memang, tapi tidak untuk Hyunjin.

“Lalu bagaimana dengan kau? Kau kan kekasihnya, masa tidak tahu apa yang dia sukai?”

“Itu masalahnya! Dia tak pernah cerita padaku tentang apa yang ia sukai.” Menghela nafas dengan lelah, Jaemin memutar-mutar gelas americanonya yang tinggal setengah dengan murung.

Selama ini ia dan Jisung hanya akan membahas hubungan mereka saat mengobrol bersama. Kalau tentang diri masing-masing pun selalu Jaemin yang lebih banyak bercerita, sementara Jisung hanya akan menjadi pendengar yang pasif.

Bisa dibilang, Jisung masih sangat tertutup untuk menceritakan dirinya sendiri pada orang. Termasuk Jaemin.

“Kalau begitu... karena ini masih sore, bagaimana jika kita mencari kado untuknya bersama-sama? Rasanya aku juga ingin memberikan hadiah atas sebulan hubungan kalian.” Hyunjin memberi saran.

Mendengar saran dari Namja Hwang itu, mata Jaemin yang semula redup kembali memancarkan semangat yang berapi-api. “Boleh juga,” ucapnya.

“Kalau begitu ayo. Kita harus cepat sebelum semua barang bagus disana habis.” Hyunjin bangkit berdiri dan kembali memakai hoddienya. Tidak lupa dengan expresso-nya juga ia bawa.

Jaemin menatap sahabatnya yang sudah berpakaian lengkap itu dengan tatapan bingung. “Kita mau kemana?” tanyanya.

“Sudah, jangan banyak tanya. Ayo cepat.” Setelah membayar minuman mereka, Hyunjin langsung menarik Jaemin untuk keluar dari cafe itu.

First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang