Ten

1.6K 254 4
                                    

Pandangan pria itu sama sekali tak beralih pada sebuah kamar di sebrang sana. Kedua tangannya bertaut karena rasa khawatir yang menyelimuti dirinya. Sama seperti wajahnya saat ini yang tampak terlihat tak baik.

Biasanya, pasti ada musik-musik keras yang akan membangunkannya pagi-pagi sekali. Namun pagi ini, ia tak mendengarnya.

Kamar itu. Kamar yang berada di sebrang sana. Kamar itu begitu gelap dan tertutup. Seolah sang pemilik kamar tak ingin menunjukkan dirinya saat ini.

Ceklek

Bahkan suara pintu kamarnya yang terbuka tak bisa pula mengalihkan perhatiannya. Dimana sang Ibu disana kini menatap pada sang putra.

"Hey, kau belum bersiap juga?"

Jimin mengalihkan pandangannya pada Ibunya yang kini mendekat padanya. Tentu saja kini pandangan Ny. Park beralih pada arah yang sedang dilihat Jimin sebelumnya.

"Ah, eomma tahu sekarang. Pagi ini, Jisoo tak membangunkanmu. Dan kau begitu penasaran kenapa gadis itu bahkan tak memunculkan batang hidungnya. Eomma benar, kan?"

Jimin hanya menghela napasnya. Tak juga menepis pemikiran Ibunya tadi. Membuat sang Ibu tersenyum dan menepuk bahu sang putra.

"Kau tak perlu khawatir seperti itu. Mungkin, Jisoo memiliki sesuatu yang penting sehingga tak menemuimu. Tidak perlu bersedih seperti itu."

Jimin tak menanggapi ucapan Ibunya itu. Hanya membalik kursi rodanya saat ini dan memilih untuk bersiap seperti apa yang dikatakan Ibunya.

Benar, ini adalah hari pertamanya untuk terapi. Padahal, ia sudah akan membayangkan bagaimana wajah Jisoo ketika dia mengatakan jika ia akan menepati janjinya pada gadis itu. Tapi bahkan sampai saat ini, Jisoo tak terlihat dalam pandangannya.

Sementara Ny. Park disana menghela napasnya ketika melihat bagaimana Jimin disana yang tak terlihat semangat. Padahal, ini hari pertamanya untuk terapi.

Mungkin, kehadiran Jisoo memanglah sangat berpengaruh untuk Jimin. Terbukti dari Jimin yang saat ini kembali seperti ketika ia mendengar jika ia tak bisa untuk berjalan lagi. Dan hanya helaan napas yang bisa wanita itu keluarkan. Memilih untuk membantu Jimin menyiapkan dirinya.

.

.

Tok Tok Tok

"Eomma, keluarkan aku. Eomma jangan gila. Aku sudah mengatakan jika aku tak mau."

"Kalau begitu, eomma tak akan mengeluarkanmu."

Jisoo mendecak mendengarnya. Menggedor kembali pintu kamarnya untuk yang kesekian kalinya. Menyuruh sang Ibu untuk mengeluarkannya dari kamarnya sendiri.

"Diamlah di dalam sana, sayang. Ada saatnya nanti kau akan keluar dari kamarmu. Eomma akan menyuruh bibi Song nanti mengantarkan sarapan dan makan siangmu. Karena makan malammu nanti, kita akan pergi untuk bertemu dengan keluarga Taehyung."

Lalu Jisoo bisa mendengar jika Ibunya telah pergi dari depan pintu kamarnya. Membuatnya menghentakkan kakinya kesal karena tingkah Ibunya yang diam-diam mengurungnya.

Pandangannya berbalik menuju pintu balkon kamarnya. Sial, itu juga dikunci oleh Ibunya. Membuatnya tak bisa untuk melihat Jimin pagi ini.

Bolehkah dia berharap? Jika pria itu kini mengkhawatirkannya karena dia tak membangunkan pria itu seperti biasanya?

Langkahnya kini membawanya menuju pintu balkon kamarnya. Menarik sedikit tirainya untuk melihat ke luar sana. Dan kedua matanya berbinar ketika melihat sosok yang berada disana.

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang