EPILOG

2.6K 218 30
                                    

Terima kasih kepada kalian semua yg sudah membaca cerita ini bahkan sampai terakhir. Aku mencintai kalian semua, bahkan pada silent readers ku sekalipun 💜💜💜💜

.
.
.
.

Tepukan tangan itu terdengar, membuat Jimin membalikkan tubuhnya. Menemukan Jisoo disana yang tersenyum padanya, membuat pria itu ikut tersenyum pula setelahnya.

"Berhenti."

Jisoo mengerucutkan bibirnya, ketika dia sudah berjalan mendekat pada Jimin namun pria itu menghentikannya.

"Wae? Aku hanya ingin memelukmu karena aku merindukanmu."

"Kau tak lihat aku sekarang? Aku baru saja selesai menari dan tubuhku mungkin berkeringat saat ini."

Jisoo semakin dibuat kesal karena mendengar hal itu. Namun bukan Jisoo namanya jika menurut saja. Maka dengan cepat gadis itu kembali beranjak untuk memeluk sang kekasih. Dan membuat Jimin akhirnya pasrah ketika ia mencoba untuk melepaskan pelukan sang gadis, malah Jisoo semakin mengeratkannya.

Jisoo melepaskan lebih dulu pelukannya, menangkup wajah Jimin untuk mengecup sekilas bibir pria itu.

"Kemampuanmu semakin baik. Aku senang melihatnya tadi."

"Kau melihatnya sedari tadi? Ck, itu tidak seru. Padahal, aku ingin memperlihatkannya padamu saat pentas nanti. Ini akan menjadi kejutan untukmu."

Jisoo hanya menyengir mendengarnya. Kembali membawa dirinya memeluk Jimin.

"Tak apa. Mau kapanpun kau akan menunjukkannya, aku akan tetap menyukainya."

Jimin hanya tersenyum. Membalas pelukan Jisoo padanya.

"Oh ya, aku bawakan kau bekal makan siang."

Jisoo menarik Jimin bersamanya. Duduk pada lantai kayu dengan bersandar pada cermin dibelakang mereka. Pun dengan sang gadis yang kini mengeluarkan dua buah kotak bekal yang ia bawa sebelumnya dan menyiapkannya dihadapan mereka.

"Jjan. Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu. Sesuai dengan apa yang biasa ibumu siapkan untukmu."

Jimin menatap pada dua buah kotak bekal dihadapannya. Membuat Jisoo yang melihat pria itu menepuk pelan lengannya.

"Kenapa hanya menatapnya saja? Ayo dimakan. Aku yakin kau lapar sekali karena terus saja berlatih setengah hari ini."

"Kau membuatnya sendiri?"

"Jimin, jangan lagi mengingat saat itu. Aku tahu aku salah. Tapi kan aku saat itu tak tahu jika kau alergi. Sekarang, aku berusaha berhati-hati dan bahkan bertanya langsung pada ibumu."

Pria itu berusaha menahan tawanya kali ini, menatap pada wajah kesal sang kekasih yang menundukkan kepalanya.

Jimin mengambil sumpitnya, mencoba makanan buatan Jisoo itu. Dan gadis itu yang melirik ke arah sang kekasih. Menunggu reaksi dari Jimin sepertinya.

"Tidak buruk."

Jimin melanjutkan makannya, membuat Jisoo tersenyum setelahnya.

"Oh ya, bagaimana dengan kedua kakimu?"

Jimin menghela napasnya. "Jisoo, ini sudah 3 bulan berlalu. Aku baik-baik saja. Apa kau tak lihat bagaimana aku menari?"

"Tapi tetap saja kata dokter--"

"Aku harus terus mengeceknya setiap 2 kali seminggu ke dokter untuk membuat kakiku benar-benar bisa bergerak dengan baik."

Jisoo hanya menyengir mendengarnya. "Apa aku terlalu sering mengatakannya?"

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang