Twenty Six

1.3K 185 7
                                    

Helaan napas itu Jimin keluarkan, bersamaan dengan dirinya yang sampai pada ujung pegangan terakhir yang ia genggam sebelumnya. Lalu sebuah senyuman terbentuk di wajahnya, menatap pada salah satu perawat yang mengawasinya.

"Anda banyak berkembang, Tuan. Aku yakin, beberapa hari setelahnya, kau akan bisa menggunakan kedua kakimu dengan baik jika kau banyak berlatih."

"Benarkah? Aku menunggu hari itu."

Pandangan Jimin kini beralih pada Jisoo yang melihat di balik pintu itu. Menyuruh gadis itu untuk masuk ke dalam. Sementara Jisoo tampak menunjuk dirinya, seolah menanyakan apakah ia boleh masuk. Dan Jimin yang hanya mengangguk menjawabnya. Pun dengan Jisoo yang tampak ragu untuk membuka pintu dihadapannya, namun tetap ia lakukan.

"Maaf, tapi bisakah kau tinggalkan kami berdua? Aku akan bertemu nanti dengan Dokter Kim."

"Baik, Tuan."

Dan setelah kepergian perawat itu, tersisalah keduanya disana. Namun dalam jarak yang tidak terlalu dekat tentunya saat ini.

"Kemarilah. Kenapa kau harus berdiri jauh denganku?"

"Apa boleh jika aku mendekatimu?"

Jimin berusaha untuk tak mengeluarkan tawanya. Kenapa Jisoo begitu menggemaskan baginya? Mungkin jika ia berjalan dengan baik nanti, hal pertama yang akan ia lakukan adalah mencubit kedua pipi gadis itu.

"Tentu saja. Kemarilah."

Jisoo akhirnya mendekat, walaupun terlihat jika ia masih tampak ragu untuk mendekat. Dan Jimin yang melihat itu akhirnya memilih untuk menarik perlahan Jisoo mendekat ketika jarak dirinya dan gadis itu cukup dekat. Membuat Jisoo terkesiap karenanya, dan semakin terkejut ketika ia mendapati sebuah kecupan singkat di bibirnya.

Jimin benar-benar tak bisa untuk menahan senyumnya ketika melihat bagaimana menggemaskannya Jisoo saat ini. Lihatlah bagaimana kedua pipi itu yang kini memerah karena perlakuannya sebelumnya.

"A-Apa yang kau lakukan?"

Jisoo berusaha untuk tak menatap pada Jimin disana. Sial, apa pria itu tengah menggodanya saat ini?

"Hey, ada apa denganmu?"

"T-Tidak ada. Sudahlah, apa kau sudah selesai?"

"Wae? Kenapa harus terburu-buru?"

"Jimin.."

Jisoo benar-benar kesal sekali. Jimin terus saja menggodanya dan sekarang malah tertawa karena berhasil membuatnya kesal. 

"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf. Dan jangan lagi tunjukkan wajah itu padaku. Kau semakin membuatku ingin mencium bibir itu."

"Jimin.."

Jimin lagi-lagi tak bisa untuk menahan tawanya. Sedangkan Jisoo kini perlahan mulai merubah wajahnya, ikut tersenyum ketika menatap pada Jimin disana.

Sungguh, Jisoo merasa sangat bahagia saat ini. Ketika melihat bagaimana lepasnya tawa pria itu untuk pertama kalinya sejak ia melihat Jimin. Benar-benar berbeda dengan Jimin yang ia lihat pertama kali saat itu.

"Senang melihatmu tertawa seperti itu."

Jimin ikut menatap pada Jisoo, memberikan senyumnya sebelum melirik pada tautan tangan keduanya.

"Itu juga berkat kau. Mungkin, jika kau saat itu tak datang padaku, aku tak tahu bagaimana dengan diriku nanti. Mungkin aku akan terus merepotkan eomma, lalu tak akan pergi ke rumah sakit untuk terapi seperti ini."

Jisoo mengulum bibirnya, sedikit mendekat untuk mengelus pipi Jimin.

"Sepertinya, kau begitu sangat terpuruk."

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang