Seventeen

1.5K 246 10
                                    

Drrt...Drrt...

Taehyung menghentikan langkahnya. Mendapati jika ponselnya berbunyi saat ini dengan sebuah nama kontak yang terpampang disana.

Pria itu terdiam. Mendapati siapa yang menghubunginya saat ini. Membuat Jisoo yang melihat perubahan pria itu menepuk bahunya. Dengan raut wajah yang seolah bertanya pada pria itu, apa yang terjadi padanya.

"Kau ke dalam saja lebih dulu. Sudah ada ibuku disana."

Jisoo masih bingung sebenarnya. Namun ia memilih untuk menurutinya. Berjalan memasuki gedung dihadapan mereka lebih dulu. Sementara Taehyung memilih untuk mengangkat panggilan itu setelah melihat kepergian Jisoo.

"Hmm?"

"Hey, kau dimana? Aku ingin bertemu."

"Tidak bisa. Aku sedang bersama dengan Jisoo saat ini. Kami sedang pergi untuk melihat bagaimana tempat pertunangan kami."

Lisa terdiam ketika mendengar itu. Berusaha untuk menetralkan dirinya sekaligus memasang senyumannya yang seolah dipaksakan. Walaupun Taehyung tak ada dihadapannya, tapi ia tetap melakukannya.

"Ah, begitukah? Maaf karena sudah menganggu. Aku tutup."

Lisa dengan cepat menutup panggilan itu. Meletakkan begitu saja ponselnya pada meja dihadapannya. Sementara tubuhnya bersandar dengan cepat pada sofa yang ia duduki saat ini.

"Bodoh." Gumamnya. Lebih pada dirinya sendiri.

Sementara Taehyung hanya menghela napasnya sembari menatap pada ponselnya yang sudah tak tersambung lagi pada Lisa.

Jika mengingat gadis itu, ia jadi mengingat kembali kejadian malam kemarin. Pria itu menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menghilangkan pikiran itu dari otaknya. Memilih untuk berjalan masuk menyusul Jisoo.

.

.

Tok Tok

Jimin mengalihkan pandangannya. Mendapati sang Ibu di depan kamarnya. Sementara dirinya mulai beranjak dari bersandar pada kepala ranjang.

"Eomma dan appa-mu hari ini harus pergi ke rumah salah satu teman kami. Dia sedang mengalami musibah dan kami ingin membantu mereka."

"Benarkah? Tidak apa, aku bisa sendiri di rumah. Lagipula, masih ada bibi Jung, bukan?"

Ny. Park nampak masih nampak ragu. Kini mulai mendekat pada Jimin dan duduk pada sisi ranjang.

"Kau yakin? Kau tak mau ikut dengan kami?"

Jimin hanya menggeleng. Dengan sebuah senyuman yang ia berikan untuk Ibunya. "Jika eomma mengkhawatirkanku, itu tidak perlu. Lagipula, aku sudah hampir bisa menggunakan kedua kakiku."

"Tapi--"

"Ini tidak seperti eomma meninggalkan seorang anak kecil di rumah sendirian. Aku sudah dewasa dan bahkan 5 bulan lagi akan berusia 21 tahun. Eomma tak usah khawatir dan urusi urusan eomma lebih dulu, hmm?"

Ny. Park tak bisa berkata apapun. Hanya menghela napasnya setelah dengan mengelus kepala sang putra.

"Jika saja kau dan Jisoo tak memiliki masalah, eomma pasti akan menyuruhnya untuk menemanimu."

Mendengar itu hanya bisa membuat Jimin terdiam. Mengalihkan pandangannya kembali pada buku yang berada dalam pangkuannya.

"Sudah kubilang dari awal, aku dan dia tak memiliki hubungan apapun. Eomma saja yang terus mengharapkan sesuatu yang tak pernah mungkin terjadi."

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang