Twenty Three

1.3K 183 0
                                    

Keduanya berjalan beriringan saat itu. Menikmati sore hari dengan tangan yang saling bertautan. Keadaan sang pria yang tak bisa menggunakan kedua kakinya tak menghalangi keduanya. Menatap pada hamparan Sungai Han disana.

Oh tentu saja, Sungai Han akan selalu ramai. Tak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam sekalipun. Sang gadis akan ikut tersenyum, ketika melihat suara tawa dari beberapa anak kecil yang bermain disana. Dan senyum itu kini telah terekam di pikiran sang pria. Menyalurkan senyum itu padanya.

"Jisoo.."

"Hmm?"

Pandangan Jisoo kini beralih pada Jimin. Menunggu mengapa pria itu memanggilnya. Apalagi, kini Jimin menghentikan dirinya dan membuat Jisoo juga ikut menghentikan langkahnya.

Namun yang Jisoo dapatkan adalah sebuah sentuhan pada pipinya. Tangan hangat milik Jimin menyentuhnya. Mengelus pipinya dengan ibu jari milik pria itu.

"A-Ada apa?"

Jimin menjauhkan tangannya. "Tidak ada. Hanya saja, aku sedang ingin menyentuh pipimu."

Jisoo merasa bingung dengan ucapan Jimin. Namun lebih daripada itu, ia merasakan berdebar ketika mendengar ucapan pria itu padanya. Memegangi pipinya sendiri dan mendengus setelahnya.

"Dasar perayu."

"Wae? Kau tak suka dengan pria perayu?"

"Tidak. Mereka semua pembual."

"Bahkan jika pembual itu adalah aku?"

"Berhentilah, Jim. Kau membuatku takut, apa kau tahu?"

Jimin tampak tertawa pelan. "Takut? Kenapa kau harus takut padaku?"

Jisoo tampak mengambil napasnya, lalu menghembuskannya kembali dan menatap Jimin dengan sendu.

"Kau masih ingat bukan bagaimana pertama kali kita bertemu? Kau begitu dingin dan tertutup padaku. Tapi kau harus tahu, jika aku sudah menyukaimu bahkan sejak aku melihatmu pertama kali di atas balkon itu."

Jimin masih mendengarkan, kini perhatiannya benar-benar hanya tertuju Jisoo.

"Tapi sekarang, kau bahkan sudah menjadi kekasihku. Aku hanya takut, jika mungkin saja kau akan pergi dariku ketika kau menyadari jika aku bukanlah seseorang yang pantas untukmu. Aku hanya merasa, ini semua terlalu cepat walaupun aku menikmati ini semua."

Jimin masih menampakkan senyumnya. Satu tangan milik Jisoo bahkan sudah dibawanya untuk mendekat, mencium punggung tangan milik gadis itu. Jisoo yang melihat itu tentu saja sedikit terkejut. Namun ia memilih untuk membiarkannya.

"Kata-kata itu seharusnya aku tujukan padamu, Jisoo. Aku yang seharusnya takut jika kau akan pergi dengan keadaanku yang seperti ini. Bahkan aku berpikir, jika kau mungkin akan bosan padaku setelahnya."

Jisoo menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak akan pergi darimu karena aku bosan ataupun pergi karena keadaanmu sekarang. Aku akan selalu dan ingin berada di sampingmu, bagaimanapun keadaanmu."

Senyum itu terbentuk di wajah keduanya. Pun dengan Jisoo yang kini mulai mendekat, memeluk Jimin setelahnya dimana pria itu membalas pelukan itu.

"Aku mencintaimu. Aku tak peduli jika kau menganggap jika pernyataanku terlalu cepat. Tapi, inilah yang sedang ku rasakan padamu, Jimin."

Ada jeda beberapa detik di antara keduanya, membuat Jisoo menyadari, jika mungkin saja pernyataannya sebelumnya terlalu cepat bagi Jimin. Jisoo bahkan tak berharap jika Jimin akan--

"Aku juga mencintaimu. Terima kasih karena kau sudah mau percaya dan memberikan hatimu untukku."

Jisoo dengan cepat melepaskan pelukan mereka, menatap pada Jimin dengan pandangan tak percayanya.

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang