Thirty One

1.3K 185 0
                                    

Makan malam yang dikatakan Jisoo padanya saat itu memanglah benar. Dan membuat Jimin yang berada di kamarnya saat ini tak tahu mengapa merasa kegugupan itu datang padanya.

Dalam pikirannya, bagaimana jika ia mendapatkan kembali ejekan itu dari Ny. Kim? Ucapan wanita itu padanya saat pertama kali mereka bertemu saja masih ia ingat sangat jelas.

"Kau tenang saja. Eomma benar-benar sudah merestui kita. Bahkan tak sabar untuk bertemu denganmu."

Ia masih ingat perkataan Jisoo saat itu padanya. Dan Jimin memilih untuk percaya pada gadis itu.

Pintu kamarnya yang terbuka membuat lamunan pria itu terpecah begitu saja. Mendapati sang Ibu yang kini tersenyum sembari mendekatinya.

"Lihatlah putra eomma sekarang. Kau begitu tampan, sayang."

Jimin hanya memberikan senyum tipisnya sebagai tanggapannya. "Terima kasih, eomma."

"Baiklah. Kau sudah siap, kan? Kita bisa pergi sekarang."

Jimin kembali mengangguk. Dengan Ny. Park yang membantu sang putra saat ini. Dan saat keduanya berjalan beriringan saat ini, Jimin mulai menyadari sesuatu saat ini.

"Eomma menangis?"

"Huh? B-Benarkah?"

Jimin menghentikan sang Ibu dalam langkahnya. Menyentuh pipi wanita yang melahirkannya itu dan menghapus airmatanya dengan begitu lembutnya.

"Ah, eomma bahkan tak tahu mengapa eomma menangis saat ini."

"Eomma..."

"Eomma tidak apa, sayang. Sungguh. Ini adalah tangisan kebahagiaan. Kau tak tahu, betapa bahagianya eomma saat ini karena kau memiliki kekasih seperti Jisoo. Dia benar-benar baik dan menerimamu apa adanya. Bahkan selalu menemanimu ke rumah sakit hanya untuk mengantarkanmu untuk terapi. Eomma bahagia karena ada Jisoo di dalam kehidupanmu, sayang."

Jika Ibunya bisa bahagia dan menangis karena kehadiran Jisoo, lalu bagaimana dengan Jimin? Pria itu sama perasaannya dengan sang Ibu.

Kim Jisoo memang mengubah segalanya bahkan kehidupannya pula.

"Sudahlah. Kita harus cepat pergi. Tidak baik membuat kesan pertama kita buruk di mata keluarga calon mertuamu."

Jimin tertawa pelan. "Apa maksud, eomma?"

"Eomma benar, kan? Jisoo akan menjadi menantu eomma setelahnya ketika kau menikahinya nanti. Tak sabar menunggu hari itu datang."

"Eomma, Jisoo bahkan baru saja memulai kuliahnya. Belum lagi denganku yang mungkin akan berpikir untuk melanjutkan pendidikanku."

"Kalian bahkan masih bisa melanjutkan kuliah kalian setelah menikah nanti."

"Terserah eomma saja."

.

.

"Mwo? Kau akan kemana?"

Jisoo bahkan menghentikan acara berdandannya. Mendengar ucapan Lisa di sebrang telpon sana yang bahkan masih tak ia percayai.

"Hmm. Aku akan Swiss, menyusul kedua orangtuaku disana."

"Tapi, kenapa tiba-tiba?"

"Tidak ada. Mungkin, karena aku merindukan keduanya."

"Lisa, kau pasti memiliki masalah. Ini bahkan bukan seperti dirimu. Aku selalu tahu kau tak akan mungkin mau pergi ke Swiss dan bertemu dengan orangtua."

her ❌ jimsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang