"Ini Dik," sambil menyerahkan sebuah foto berkuran 2R Dika mengambil foto tersebut.
"Ini cowok yang waktu itu dicari-cari sama istri lo, namanya Morgen," Jelas Marvin.
"Oh ini"
"Lo kenal?"
"Gue pernah liat dia di gedung fakultas gue beberapa kali," Jawab Dika matanya masih fokus pada foto tersebut.
"Anak-anak sih bilang dulu Morgen sama Yuna pacaran, tapi sekarang nggak tau soalnya si Morgen juga udah nggak masuk hampir dua minggu."
"dua minggu? kemana aja?"
Marvin menggedikan bahunya tanda tak tahu.
"Dia emang suka absen, cuma biasanya dia masih suka keliatan di kampus, kalo sekarang bener-bener kaya hilang di telan bumi."
Dika mengeryitkan dahinya, "kok bisa? orang tuanya nggak nyari?"
"Gue kurang paham Dik, gue ngga deket sama dia. Tapi yang gue denger orangtuanya udah pisah."
"Oohh," ucap Dika mengerti.
"Saran gue Dik, lo tanyain aja ke Yuna dia masih ada hubungan apa sama Morgen. Ya supaya jelas. Walaupun pernikahan kalian awalnya permintaan bokapnya Yuna, tapi lo juga suka kan sama dia?"
Dika menghela napasnya panjang sebelum menjawab, "Masalahnya Vin, dia aja kaya yang nggak suka gitu sama gua. Dia selalu menghindar dari gua Vin. "
"Gua udah coba ajak ngobrol dia, kasih sedikit perhatian buat dia... tapi ya gua sadar diri Vin, memang dia belum bisa nerima gua."
Marvin terdiam mengerti dengan situasi yang tengah di alami sahabatnya saat ini.
Jika boleh dikatakan, sejak dulu Dika memang sudah memiliki perasaan pada Yuna namun ia lebih memilih memendam perasaan itu, karena Dika sadar jatuh cinta seperti angan semu yang belum jelas ujungnya. Dika lebih memilih untuk memendam perasaannya pada Yuna,
karena ia tidak siap jika cintanya berlabuh pada tempat yang salah, tempat yang tidak seharusnya, yang lebih tidak siap lagi cinta membuatnya tenggelam pada sesuatu yang dilarang.Disaat itu pula permintaan dari seorang Ayah yang mempercayakan anaknya pada Dika datang, seorang anak perempuan yang namanya selalu Dika sebut di penghujung malam. Dika tidak tahu ini pertanda baik atau buruk, masalahnya statusnya masih mahasiswa. Dika takut belum sanggup, tapi ada seorang Ayah yang sangat percaya padanya.
Dengan penuh pertimbangan dan hasil istikharah Dika menyanggupi permintaan tersebut, menikah dengan Yuna di usianya yang terbilang masih muda.
Dika berharap semua akan membawa keberkahan karena Dika pun yakin amanah tidak pernah salah pundak.
Tapi jika masih begini, apa benar pilihan yang Dika ambil adalah pilihan yang tepat? Apa benar amanah selalu tidak pernah salah pundak?
Marvin menepuk pundak Dika, mencoba memberi kekuatan untuk sahabatnya.
"Lu jangan pesimis gini dong Dik, yakin aja semua cuma butuh waktu. Lu jangan pernah lupa Allah maha membolak-balikan hati manusia Dik."
Dika menatap ke arah Marvin, benar kata sahabtanya ini ia tidak boleh melupakan perkara itu. Dika juga tidak boleh lupa jika tujuan utamanya menikah adalah membangun bahtera yang dilandasi kecintaan terhadapNya karena dengan begitu kecintaan terhadap manusia akan teriring bersamanya.
tbc
a/n : part selanjutnya akan dibuat lebih panjang dari ini. Keep stay ya :) thanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Kuliah tapi Menikah
Fanfiction"Hadeuh. Nikah tapi masih kuliah bikin tambah pusing aja." "Ada istilah bosen kuliah, tapi ngga ada istilah bosen nikah." Jadi, lebih milih Kuliah apa Nikah aja??? [Warning] Lokal-AU; Semi-Baku; Chessy abis; Little harsh-word; Romance. PG: 16 a...