11

2.9K 308 34
                                    


[!!!] Typos; 1700+w
------------------------------------
Yuna bingung harus minta maaf atau tidak, sedari tadi ia hanya memandangi punggung Dika yang tengah sibuk memasak. Tangannya sangat terampil mengayunkan  sodet di wajan. Yuna heran, manusia macam apa Dika sebenarnya? kenapa ia selalu terlihat bisa melakukan apapun? benar-benar sosok yang nyaris sempurna.

Yuna masih melamun saat makanan sudah terhidang di meja makan, membuat Dika harus mengulangi panggilannya karena wanita itu masih tak bergeming.

"Sekar, ayo sarapan."

"E-eh udah mateng toh."

Dika duduk  lalu menyendok nasi ke piring begitupun dengan Yuna. Mereka makan dalam diam dengan Yuna yang sesekali melirik ke arah Dika membuat Dika tersadar jika kini ia sedang diperhatikan.

Saat manik mata mereka bertemu, Yuna mencoba kembali fokus pada makanannya.

"Kenapa?" tanya Dika.

"Hm?"

"Ada yang mau diomongin?" tanya Dika lagi ia menghentikan aktivas makannya.

"Emm, sebenernya iya."

"Apa?"

Huft, kenapa mau ngomong aja susah banget sih.

"Hm, jadi gini Dik, tapi lo jangan marah yaaa. Eh lo kan emang nggak pernah marah yaㅡoke jadi gini kemarin malem itu gue sebenernya emang ngga mau makan pas lu nge-chat gue, terus ngga tau kenapa pas malem gue laper alhasil gue nyari makanan kan ke dapur eh kebetulan ada martabak di meja makan, jadi yaaa gue makan deh martabak itu. Gue tau itu pasti punya lo kan Dik???

"ㅡdan martabaknya juga udah abis Dik hehe sorry yah." aku Yuna.

Sedangkan Dika malah memasang ekspresi  bingung setelah mendengar penjelasan Yuna, "martabak? martabak apa? aku ngga beli martabak." jawab Dika.

"Hah?terus kalo bukan lo yang beli siapa dong??"

Dika mengedikan bahunya, "kemarin malem itu aku makan di luar, karena kamu bilang ngga pengen makan jadi ya aku langsung pulang ngga beli apa-apa soalnya aku juga udah kenyang banget."

Yuna mengerutkan dahinya, terus kalo bukan Dika siapa dong? Apa waktu itu dia cuma mimpi?

"Oh iya kamu tau ngga sih katanya tukang martabak yang di depan itu punya kemampuan loh."

"Kemampuan? Kemampuan bikin adonan martabak kan maksud lo?"

"Bukan."

"Terus?"

"Aku denger, dia bisa baca pikiran sama teleportasi gitu. Jadi kalo misalnya ada yang kepikiran pengen makan dia bakal bikin martabak terus pake kekuatan teleportasinya untuk kerumah orang yang lagi laper dan ngasih martabak itu. Jadi lebih canggih daripada delivery karena ini prosesnya lebih cepet."

"Yang bener Dik??"

Yuna makin mengerutkan dahinya bingung

Sedangkan Dika menatap wajah Yuna yang sedang berpikir, nampak lucu pikirnya. Yaaa sesekali Dika menjahili Yuna tidak apa-apa kan...

[✔] Kuliah tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang