Bagian 3. (Two Eyes)

720 56 13
                                    

Aku meniti jembatan yang panjang ini dan sesekali melihat ke bawah, jantungku berdegup kencang melihat sebuah jurang tepat di bawah jembatan ini...

Flowey menjadi kikuk melihatku,

"Jangan lihat ke bawah! Jika kau tidak berhati-hati kau dapat jatuh kesana, loh!"

"Ahahah, maaf-maaf..."

Tiba-tiba di belakangku seperti ada seseorang.

"Hey kid!"

Aku menoleh, dan melihat monster kerangka dengan senyum yang mengerikan. Ia memakai sweater merah dengan jaket berbulu diluarnya.

Dan ia memiliki satu taring berwarna emas di giginya.

"Tidakkah kau mau menyapa teman baru? Manusia?" ucapnya sambil menyodorkan tangan.

Aku melangkah mundur perlahan, Flowey terlihat gemetaran.

"Hey, Frisk, sebaiknya kita....lari!"

Aku mengangguk cepat kemudian berlari menjauh dari monster itu. Dia hanya menatapku dengan tatapan mematikan.

"Kita harus cepat bersembunyi!!" seru Flowey sambil melongok ke belakang.

"Tentu saja!"

Setelah panik berlari sejauh mungkin, akhirnya aku sampai di ujung jembatan.
Nafasku tersengal-sengal,

"Memangnya manusia dapat mengalahkan kecepatan monster?"

Dia muncul tepat di hadapanku dan membuatku terkejut setengah mati.

Mataku penuh dengan ketakutan sampai aku terjatuh ke tanah,

"Frisk! Cepatlah bangkit dan lawan dia!"

Flowey melemparkan sebuah tongkat di sekitarnya, namun aku menolak untuk mengambilnya.

"Gunakan itu untuk melawannya! Sekarang!"

Aku menggeleng, tanpa sadar dia sudah mengeluarkan sihirnya dan menusukkan sebuah tulang ke tubuhku,

Salju yang putih segera memerah terkena genangan darah yang mengalir.

"Se...setidaknya....beritahukan aku...namamu..." ucapku melemah,

"Sans..."

Mataku melemah...

Tak kuasa menahan rasa sakit ini,
Lalu semuanya menjadi hitam....

Namun samar-samar aku dapat mendengar sekilas suara,

"Selamat tinggal."

****


Aku membuka mata. Lagi-lagi aku masih hidup?...

Aku terbangun di sofa sebuah rumah yang asing bagiku,
Dan terlihat di atas meja sebelahku, ada Flowey yang sedang tertidur.

Aku mengambil posisi duduk kemudian perlahan menyentuh kelopak Flowey, dan ia terbangun.

"F..Frisk? Syukurlah...kau sudah terbangun..." ucapnya sambil menguap.

"Eheheh... Bisa kau beritahu kita dimana kita sekarang?..."

Flowey terlihat kebingungan melihat sekitar, matanya juga merasa asing dengan rumah ini..

"Sebelum itu, bukankah aku seharusnya sudah mati tadi?" tanyaku.

"Seperti sebelumnya, kau tereset lagi, dan secara otomatis kau hidup kembali. Sudah kubilang kau tidak boleh mati! Jiwamu tidak boleh terlalu sering digunakan untuk mereset..."

Aku mengangguk pelan,

"Sudah kukatakan sampai kapanpun, aku tidak akan melawan, mau mereka monster yang baik ataupun jahat, kita harus bisa berdamai..."

Flowey hanya mendengus kecewa,

Bersamaan dengan itu ada suara dari arah belakang,

"Sudah bangun? Tak kusangka, jiwamu benar-benar menolak untuk mati..."

Itu monster yang tadi menyerangku... Sans...

"Sudah kuduga! Kau yang membawa kami kesini!" sahut Flowey dengan nada yang kesal.

"Mau bagaimana lagi? Gadis itu masih hidup, kan?" ucapnya sambil tersenyum aneh.

Dia memberikanku segelas air, aku hanya melongo melihatnya,

"Hei, tunggu apa lagi, kau pasti haus kan? Wajahmu terlihat kurang air, tuh.."

"Oh, benar juga... Terima kasih..."

Tanpa ragu sedikitpun aku meraihnya dan meneguk air itu perlahan, Flowey mendekati telingaku,

"Apa yang kau pikirkan!! Bisa saja air itu mengandung racun!" bisiknya.

"Air itu untuk anak itu, bukan untukmu, monster kecil."

"Cih! Awas kau tong sampah tersenyum!"

"Sudahlah! Kalian mengapa bertengkar terus..."

Tanpa sadar bibirku tergerak untuk mengatakannya, mereka berdua langsung terdiam menatapku.

Memecah keheningan, Sans menyadari sesuatu,

"Hey, kid, mengapa di kepalamu ada banyak kelopak buttercup yang menempel?"

Aku baru menyadari sesuatu, dan saat aku meraba kepalaku, terasa beberapa kelopak bunga yang tumbuh di kepalaku lebih banyak dari sebelumnya.

"Sudah...kuduga..." ucapku lirih.

Sans terlihat bingung menatapku,

"Setiap kali Frisk tereset, pasti akan tumbuh buttercup di kepalanya. Dan semakin sering ia mati, kekuatan jiwanya juga akan semakin melemah..." jelas Flowey.

Mendengar hal itu, Sans terkejut, ia menatapku dan segera kubalas dengan senyuman.

"Di...dia tidak akan mati sampai batasnya?! Kau serius, kid?!"

Aku mengangguk perlahan.

"Oh...maafkan aku telah menyerangmu. Saudaraku, Papyrus, sangat menginginkan jiwa manusia. Oleh karena itu aku bertekad untuk membawamu kepadanya...tapi..."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang keras..

"SANS! BUKA PINTUNYA! AKU SUDAH PULANG!"

Seketika kami bertiga langsung panik.

"Gawat! Dia sudah kembali! K-kalian bersembunyilah di balik lemari kosong itu!" seru Sans sambil menunjuk ke sebuah lemari tua yang cukup besar.

Aku segera meraih pot Flowey kemudian bersembunyi ke dalam lemari itu, dengan sedikit celah aku dapat mengintip ke luar.

Terlihat saudara Sans yang bernama Papyrus itu sedang memaki-maki Sans, terdengar seperti sebuah pertengkaran hebat bagiku. Namun mereka tetap terlihat akur.

"JADI... APA KAU MELIHAT MANUSIA DI SEKITAR SINI???"

"Tentu tidak, bos, a-aku baru saja mengerjakan tugasku disini..."

"BAGUS, SANS.. APA YANG KAU LAKUKAN?"

"Tentu saja... Tidur siang..."

"APAA?!"

Aku tertawa kecil mendengar pertengkaran mereka, kemudian berbisik pada Flowey,

"Aku pikir, Papyrus adalah monster yang keren... Hihihi..."

"Hah?! Hei... Dia itu mau membunuhmu, loh.." jawab Flowey jengkel.

"Hei, aku rasa dia tidak sejahat itu..."

Lama menunggu di dalam lemari itu, akhirnya aku pun tertidur, dengan Flowey yang berada di pelukanku...

Dalam benakku, aku berpikir seandainya aku tidak mempunyai kekuatan reset ini...

Akan lebih mudah untukku mati dengan tenang...

Sehingga rasa sakit ini tidak akan terasa sampai sekarang...

Flowerfell (Undertale AU) : The Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang