Bagian 17. (Determination)

408 42 6
                                    

Aku panik,
Apa yang terjadi?! Mengapa aku tidak dapat membuka mataku?!

Segera kuraba mataku dan tentu saja,

Bagaimana aku masih tidak menyadarinya?...

Sudah sekian banyak reset yang kulakukan, tentu saja kelopak bunga ini terus menerus tumbuh dan bisa saja menutupi kedua mataku.

Oh tidak...

Bagaimana caranya aku dapat melihat kembali?!

"Ini tidak mungkin.... Aku masih ingin melihat warna di dunia ini! Aku mohon beri aku kesempatan sedikit lagi!!... Untuk melihat hal baru, untuk menatap orang yang aku kasihi!! Mengapa harus seperti iniiii?!!"

Aku tak dapat membendung air mata dan menangis sambil memeluk lututku.

Aku ingin terus menangis sampai seluruh beban dapat kulupakan, namun sesungguhnya..

Aku tidak ingin siapapun melihatku menangis...

Tentu saja.. aku tidak boleh menangis!

Aku harus kuat, kebutaan bukan akhir dari segalanya...!

Aku yang sudah sejauh ini tidak boleh menyesal atas takdir!

Kuusap air mataku dan segera bangkit dari kasur. Aku meraba-rabakan tanganku ke depan agar tidak terhantuk.

Aku mencari jaket milik Sans yang selalu ia gantungkan di dinding. Karena aku agak hafal letak setiap benda di sini, dengan mudah aku menemukannya dan segera memakainya.

Sekarang aku beranjak mencari pintu kamar. Tidak semudah yang kupikirkan namun setelah beberapa kali terhantuk barang-barang di lantai aku menemukan pintunya.

Cklek!

Baik...permulaan yang bagus!

Setidaknya masih banyak orang yang buta di dunia ini, aku juga harus terbiasa!

Lalu aku menuruni tangga perlahan-lahan, satu anak tangga.. Dua anak tangga.. Dan..

Sial kakiku keram!

Lantas aku terpeleset, namun sebelum terjatuh seseorang menangkapku dengan sigap.

"Wow, perhatikan langkahmu, tuan putri..." ucap Sans sembari memegang pinggulku.

"Sans! Syukurlah terimakasih!"

"Tunggu... Buttercup itu..."

"Ah, ya... Telah tumbuh di kedua mataku, sehingga aku tidak dapat melihat lagi.." bisikku.

"Oh tidak... Frisk, maaf-"

Aku menyentuh pipinya yang dingin dan terbuat dari tulang, lalu aku menciumnya perlahan.

"Bukan salahmu... Tapi takdir memang mengharuskan seperti ini..."

"Sayang, kau benar-benar tidak boleh tereset lagi...
Bahkan tubuhmu terasa lebih dingin, detak jantungmu pun lebih cepat dari biasanya..."

Aku terkejut,

"Kau menyadari tubuhku yang melemah?"

"Tentu saja, kulitmu juga tidak biasanya sepucat ini. Dari awal pun aku menyadarinya..." jelasnya sambil menyentuh wajahku, "Aku takut kau akan lebih buruk dari ini.."

"Jangan takut Sans..." bisikku.

"Tapi bagaimana jika-"

"Sshh.."

Aku menutup mulutnya dengan jari telunjukku. Dan aku memberikannya sebuah senyuman paling tulus.

Sans tertawa kecil,

Flowerfell (Undertale AU) : The Secret GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang