Sambil terus mencekik leherku, ia membawaku agak jauh dari tempatku dan Sans semula.
Aku terus mencoba melepaskan diri, namun dia malah semakin kuat mencengkramku.
"D-diamlah!" bentaknya.
Aku dapat melihat tatapan matanya yang mengerikan, monster dibalik baju zirah ini mempunyai sepasang telinga sirip dan seluruh kulitnya yang berwarna biru tertutupi oleh sisik, seperti ikan namun dengan tubuh manusia.
Saat aku hampir kehilangan nafas dan kesadaranku, dia berhenti mencekik leherku dan menjatuhkanku ke tanah.
Tubuhku langsung terkapar lemas, dan seluruh ototku mati rasa. Saat aku melihat jiwaku, retakannya bertambah.
"Dengan tubuh selemah itu, kau takkan bisa kemana-mana lagi..." ucapnya sinis.
Kemudian ia melihat sekelilingnya untuk memastikan sesuatu.Sekujur tubuhku tak berdaya, tapi ini adalah kesempatanku melarikan diri dan membangunkan Sans!
Perlahan aku bangkit dan langsung berlari sekuat tenaga, namun dengan cepat monster ikan itu menyadarinya.
"Mau lari kemana kau? Manusia? Jiwamu milikku!"
Dengan seluruh tenaga yang tersisa, aku berlari ke arah Sans berada.
"Hah! Larimu cepat juga, manusia!" ucap monster itu dari belakang.
Meskipun terlihat mustahil bagiku, tapi akhirnya aku hampir menjangkaunya!
Dan hanya tinggal sedikit lagi...
Brukk!!!
Kakiku tersandung batu yang amat besar. Sekejap aku terjatuh dan kakiku pun tak mampu untuk menopang tubuh ini lagi..
Aku dapat melihat Sans yang masih tertidur pulas, namun aku tak dapat menjangkaunya..
"Sans... Tolong aku!..." teriakku dengan suara serak dan isak tangis.
Monster itu segera menyusulku, dia menaruh kakinya tepat di atas tubuhku yang terkapar tak berdaya dengan gaya pahlawannya.
"Lihat, kan? Tidak ada gunanya kau melarikan diri... Dan jika kau ingin meminta bantuan pada pangeranmu disana, asal kau tahu.. Teriakan takkan cukup untuk membangunkan si pecundang itu..."
"Dia bukan pecundang!" bantahku.
"Ah.. Sepertinya dia memang bertekad melindungimu... Sampai-sampai kau membelanya. Aku tidak peduli! Aku benci manusia! Alphys bilang mereka adalah makhluk egois yang membenci monster dan memperlakukan kami sesuka hati..."
"Jadi..." lanjutnya sambil menodongkan panah birunya ke arahku.
"Lebih baik kau mati saja... Dan jiwamu akan kuberikan pada raja Asgore.... Enam... Hanya enam jiwa yang dimiliki beliau saat ini... Dan kami membutuhkan tujuh jiwa manusia agar dapat mengarungi penghalang antara dunia manusia dan monster..."
Mataku melebar. Selama ini, aku tidak tahu apa yang terjadi di bawah sini...
Tapi setidaknya, aku ingin menghancurkan penghalang itu, sekalipun aku tidak dapat kembali ke dunia manusia...
"Dan andai saja itu dapat terjadi... Manusia.... Dan monster... Dapat hidup bersama..." ucapku tersenyum.
"Mengerti kan?"
"Sayangnya... Jiwaku jiwa determinasi, yang akan terus tereset jika kau terus membunuhku..."
"A-apa?! Bohong!"
Dia terlihat seakan tidak percaya,
"Aku pun tidak tahu... Sampai kapan aku harus merasakan kesakitan ini terus-terusan..." ujarku sembari menyeka air mata.
Monster itu terdiam sesaat, namun tak beberapa lama ia tersadar kembali dan menatapku tajam.
"Ngah! Jangan coba-coba menipuku! Matilah kau!!!"
Thaww!!
Detik itu juga darah mengalir dari punggungku, dan...
Sakit yang teramat sangat kembali terasa di dada sampai ke kepalaku.
Aku benci rasa sakit ini...
Kapan aku dapat terbebas?...
Sambil tertawa ia menancapkan panah itu di punggungku, aku hanya dapat menunggu kematian sampai reset selanjutnya.
"BERHENTI, UNDYNE!!"
Aku menoleh ke sumber suara, itu Papyrus dan Flowey!
Pahlawan yang selalu datang di akhir... Gumamku.
"JANGAN BERANI KAU SENTUH GADIS ITU!"
"Oh tidak!!! Kita terlambat! Paps!"
Aku tersenyum melihat mereka berdua yang datang untukku, walaupun terlambat..
"Kau yakin kau membela anak manusia ini?! Kita harus membawa jiwanya pada Asgore!"
"TIDAK, UNDYNE! TIDAK AKAN PERNAH! DIA ADALAH TEMANKU... FRISK KAMI YANG SANGAT BERHARGA!"
Undyne terlihat syok dan tidak mengerti, kemarahan terlihat di wajahnya yang berkeringat.
Namun sebelum aku dapat melihat lebih banyak, nyawaku telah hilang akibat kehabisan banyak darah...
****
Jiwa ketekadan, determinasi...
Jiwa terkuat dari semua jiwa yang ada...
Kekuatannya besar, melampaui tubuh si pemilik, namun...
...kekuatan itu dapat juga membebani sang pemilik...
****
Aku tersadar kembali, masih dalam keadaan mata tertutup dan berbaring. Suara dari air terjun masih terdengar jernih.
Namun tidak seperti reset yang biasa, aku merasa tubuhku kali ini terasa lebih lemah.Dan aku merasakan seseorang menggenggam tanganku saat ini..
Lalu kubuka mataku perlahan.. Dan mendapati Sans yang menggenggam tanganku dengan wajah khawatir dan ketakutan.
"S..Sans?"
Ia segera memelukku dan membuatku terkejut.
"Syukurlah, Frisk... Kau sudah sadar... Maafkan aku...
Aku tidak menjagamu dengan baik dan membiarkanmu tereset lagi. Sudah kuduga, ini semua salahku..." ucapnya penuh penyesalan.Aku menggeleng,
"Tidak, Sans! Ini bukan salahmu, semua sudah terjadi, dan aku tidak akan menyesalinya. Terimakasih atas perhatianmu, Sans..."
"Sayangku, Frisk, kau tidak perlu berterima kasih..." ucapnya sambil mengusap rambutku. Wajahku lagi-lagi memerah.
"Karena aku berjanji akan selalu melindungimu." bisiknya.
Aku mengangguk perlahan, mata kami saling berpandangan satu sama lain... Dan saling melemparkan senyuman,
Sampai aku menyadari bahwa mata kananku tertutup sesuatu,
"Um.. Sans, bisa periksa apakah ada yang menutupi mata kananku?" tanyaku penasaran.
"Maaf Frisk... Aku lupa memberitahumu, bunga buttercup itu telah tumbuh sampai di kelopak mata kananmu.."
Aku terkejut,
Kuraba sekitar kepala dan mataku, terasa beberapa kelopak yang tumbuh di kepalaku kini sudah menjangkau mata kananku."Kau... Benar..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowerfell (Undertale AU) : The Secret Garden
FanfictionCover not mine :) Sans X Frisk "Terkadang kebaikan itu cukup... Aku akan selalu...mencintaimu.."