Suara sirine mobil kebakaran telah berhenti setelah api sudah berhasil di padamkan.
Setelah itu seluruh siswa dan siswi diminta untuk kumpul di lapangan utama.
Pak Tejo sudah berdiri tegap di depan seluruh siswa dengan baju yang basah sehingga perut buncit nya sangat terbentuk alias nyeplak.
Kini wajah beliau terlihat sangar karena tidak terima bahwa ruangan nya terbakar.
"Semuanya diam dan perhatikan saya berbicara!" Ujar nya tegas.
Seluruh siswa dan siswi pun diam memperhatikan wajah seram di hadapan mereka.
"Siapa yang sudah berani membakar ruangan saya?!"
hening, tak ada jawaban.
"Ruangan saya tidak akan terbakar jika tidak ada yang membakar. Karena setelah di selidiki oleh pemadam kebakaran, ruangan itu ada bercakan minyak. Artinya ada seorang yang sengaja melakukannya."
tetap hening.
"Jika diantara kalian ada yang jujur, saya tidak akan mengeluarkan kalian dari sekolah ini dan berusaha untuk memaafkannya. Tapi, jika saya menemukan orang itu tanpa ada yang mengaku, maka tidak segan-segan saya akan mengeluarkannya dari sekolah ini!"
Sontak Belva, Mira, Davin, dan Aqsal menoleh ke arah Devilo. Mereka menatap Devilo dengan maksud memberikan kode untuk Devilo agar segera mengakui perbuatan nya sebelum ia di keluarkan dari sekolah ini.
Belva menyenggol lengan Devilo, "Dave mending lo ngaku deh." bisik Belva pelan.
"Iya, daripada lo di keluarin dari sekolah. Beberapa bulan lagi kita bakal ujian." Lanjut Davin.
"Ngga usah ngaku Dave, mending dikeluarin dari sekolah. Lagian belum tentu dia maafin lo setelah tau kalo lo itu si pelaku. Lo tau sendiri, dia dendam kusumat sama kita. " Ujar Aqsal yang selalu memberikan jawaban sesat.
"Jangan lah! Mending lo ngaku Dave. Belajar tanggung jawab atas apa yang lo lakuin. Lo cowok kan? Kalo cowok ya tanggung jawab lah! Jangan lembek!" ucap Mira.
Lalu Pak Tejo kembali membuka suara, "Saya hitung sampai 3, Jika tidak ada yang mengaku, maka saya akan menindaklanjuti masalah ini dengan hukuman dikeluarkan dari sekolah!"
"Dave cepet ngaku." Bisik Belva lagi.
"1." Pak Tejo mulai menghitung.
"2."
Pak Tejo mengedarkan pandangan untuk mencari siapa siswa yang akan mengakui perbuatan nya. Dan ternyata, ada satu anak yang mengangkat tangan dengan wajah tak bersalahnya.
"Devilo!" Panggil Pak Tejo lantang.
Setelah nama itu disebut, sontak seluruh siswa dan siswi menatap Devilo dengan tatapan tak percaya. Bisik-bisik para siswa siswi mulai terdengar ricuh. Devilo berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian.
"Saya yang sudah membakar ruang Bapak." jujur Devilo dengan santai.
Tiba-tiba Aqsal mengangkat salah satu tangannya juga.
"Lo ngapain?" tanya Devilo pada Aqsal.
"Gue sahabat lo. Susah seneng harus bareng."
Setelah mendengar itu, Davin ikut mengangkat tangannya ke atas.
"Davin lo udah gila? Reputasi lo sebagai siswa pintar bakal hilang!" ujar Belva tak percaya apa yang Davin lakukan.
"Gue ngga peduli. Persahabatan lebih penting dibanding reputasi kaya gituan."
Lalu Belva dan Mira ikut pula mengangkat tangannya ke atas. Kini seluruh siswa dan siswi melongo melihat aksi mereka yang tiada hentinya.
"Kalian berlima, maju ke depan!" perintah Pak Tejo.
Mereka pun mengikuti perintah si bapak tua berkumis tebal dan berperut buncit ini.
"Berdiri menghadap ke teman kalian semua!"
Lagi, mereka mengikuti perintah itu.
"Ini contoh siswa yang tidak patut kalian contoh! Brandal dan tidak punya moral. Pikiran sempit dan tidak ada sikap dewasa. Tidak seharusnya mereka duduk di kursi kelas 12!"
"Dan tidak seharusnya guru berbicara di depan seluruh siswa bahwa ada muridnya yang tidak mempunyai moral. Guru itu lah yang merusak pikiran dan perkataan siswa di masa depan." ucap Aqsal terdengar dingin.
"Aqsal! Lagi dan lagi kamu membalas perkataan saya!" marah Pak Tejo yang kini sudah meluap.
"Sal, tolong kali ini lo diem. Jangan sampe mulut lo gue lakban ya!" ancam Belva sembari menatap Aqsal tajam.
Aqsal hanya mengangguk. Kemudian menutup mulutnya.
"Cukup sampai disini.. karena ruang BK kebakaran, para guru sudah memutuskan kalian di pulang cepatkan. Dan untuk kalian berlima silahkan ke ruang guru setelah barisan di bubarkan."
"Kalian bisa pulang."
Seluruh siswa pun senang mendengarnya dan segera berlari menuju kelas untuk merapikan tas nya masing-masing
Pak Tejo pun menggeret mereka berlima ke ruang guru.
***
Jangan lupa vote dan comment yess. Thankyou🌸
-🐯Blanktae.

KAMU SEDANG MEMBACA
Death
Детектив / ТриллерTerjalin persahabatan yg terdiri dari lima anak remaja di suatu sekolah. Persahabatan itu sudah sangat melekat dan sampai pada akhir nya mereka akan mati bergantian secara misterius. Ikuti lah cerita ini untuk mencari si pelaku..