Tujuh belas

249 19 4
                                    

Devilo memasuki kelas dengan langkah gontai dan rambut acak-acakan.

Andai dia mengikuti ucapan Davin, pasti kejadian nya tidak akan seburuk ini.

Bukan, bukan karena salah masuk rumah orang. Ini masalah yang lebih parah karena menyangkut orang lain.

Kesalahan untuk kebeberapa kali nya.

"Tuh kan muka lo beler." Davin berucap setelah melihat wajah kusut seorang Devilo.

Devilo tak menanggapi, ia hanya diam dan duduk di kursi nya.

"Vin, Sal kejadian lagi." Adu Devilo pada kedua sahabat nya membuat mereka kompak menoleh.

"Apaan?" Ini aqsal yang ngomong.

"Bel, Mir lo bisa keluar bentar gak? ada yang mau gue omongin sama mereka berdua."

Belva mengangkat sebelah alis nya, "Kenapa? Ngomong aja kali. Biasa nya juga lo bertiga ngomongin film ikeh ikeh depan kita."

"Ini beda, Bel."

"Beda apanya? Beda model nya?"

"Ish, kapan sih lo gak bawel? Turutin aja bentaran et."

Mira bangun, kemudian menarik tangan Belva agar bangun juga dari duduk. "Ayo ke kantin. Kasih mereka waktu, mungkin emang itu urusan kejantanan."

Belva menggangguk dan mengikuti Mira berjalan keluar kelas.

"Apaan Dave?" Tanya Davin ketika Belva dan Mira sudah keluar dari kelas.

Kini dikelas hanya ada Davin, Devilo dan Aqsal saja. Devilo sudah mengusir seluruh penghuni kelas tadi.

Sepertinya, hal ini memang penting.

"Kebablasan."

"Kebablasan apaan? Ngomong biar bener tai!" Greget Davin.

"Nidurin cewe lagi gue." Aku Devilo yang membuat Aqsal, Davin sekaligus author shooked level dewa.

****

Pendek aja.
Karena yang panjang tidak selama nya ena hngg.

~🐥chimm.

DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang