Kini mereka berlima tengah duduk di hadapan Pak Boan yang merupakan kepala sekolah di SMA Victoria Plus.
Pak Boan memiliki postur tubuh yang tinggi, hidung nya yang mancung, bulu hidung yang keluar dari tempatnya, dan rambutnya yang botak mengkilap layaknya lampu bohlam.
Di sebelah mereka, terdapat Pak Tejo yang tengah berdiri menatap ke-lima muridnya dengan sorotan mata yang cukup tajam. Namun, Aqsal membalasnya dengan lebih tajam.
"Apa yang udah kamu lakukan benar-benar sudah kelewatan Devilo." ucap Pak Boan lembut namun tetap terdengar tegas.
"Dave udah capek Om dapet hukuman gak manusiawi dari guru itu. Dan yang Dave lakukan itu buat ngasih pelajaran aja biar Pak Tejo tau rasanya dihukum." Jawab Devilo dengan wajah tak berdosanya.
Devilo memang selalu memanggil Pak Boan dengan sebutan 'Om' karena memang Pak Boan merupakan Om dari Devilo, lebih tepat nya adik dari ayah nya Devilo.
Walau begitu, Pak Boan sudah berkali-kali memerintahkan Devilo untuk berhenti memanggil diri nya dengan sebutan 'om' ketika di sekolah. Namun bukan Devilo nama nya jika tidak hidup atas kemauan dirinya sendiri, dan tidak pernah perduli atas perintah apapun.
Jadi, wajar jika Devilo berani melakukan apa saja, tentu karena jabatan Om nya di sekolah ini.
"Kalau kamu terus melakukan kenakalan di sekolah ini, Om tidak akan segan-segan bilang ke Papah kamu atas tingkah laku kamu di sekolah." peringatan dari Pak Boan untuk kesekian kalinya dengan nada yang masih terdengar lembut.
Devilo berdecak, "Ck, Dave nggak perduli mau om bilang ke papah kek, mau om keluarin Dave dari sekolah juga no problem. "
Devilo mengangkat sebelah kaki nya, menatap Pak Boan dengan tatapan konyol ala Devilo.
Pak Boan mengusap wajahnya, pusing dengan sikap keponakannya yang satu ini. Tidak tahu dengan cara apa lagi untuk membimbing dan mendidiknya, sedangkan anak itu sudah duduk di kursi kelas 12 yang sebentar lagi akan menghadapi ujian.
Akan seperti apa masa depan seorang Devilo nanti?
"Pak Tejo, nanti ruangan BK akan secepatnya di perbaiki, atau bahkan akan saya bangun kembali. Dan lepaskan mereka dari hukuman apapun." ujar Pak Boan menyerah dengan sikap Devilo dan teman-temannya.
Pak Tejo menoleh tak percaya ke Pak Boan, bagaimana bisa ia membebaskan anak usil itu dari hukuman?
"Tapi Pak, kalo mereka dibebaskan dar--"
Pak Boan segera memotong ucapan Pak Tejo yang belum selesai diucapkan, "Ini sudah menjadi keputusan saya, tolong terima."
Mau tidak mau Pak Tejo menganggukkan kepalanya, walau bagaimanapun ia harus menuruti Pak Boan yang merupakan atasan nya disekolah ini.
"Alah, bilang aja om bebasin Dave sama yang lain karena mau baik-baikin Dave kan?"
Devilo bangkit dari duduk nya, berjalan santai dengan wajah songong khas nya ke arah Pak Boan. "Om takut sekolah ini di rebut sama Dave? Karena nyata nya semua harta mama itu milik Dave, bukan om ataupun papa! Dasar pembunuh!"
Plak!
Tamparan keras berhasil mendarat di pipi Devilo membuat Devilo terhuyung ke belakang, bahkan hampir terjatuh.
Pak Boan membangunkan Devilo dan menarik kerah Devilo, "Jaga ucapan kamu!"
Devilo menyeringai, "Adik dan kakak emang selalu sama, gak bisa ngendaliin emosi nya, serakah!"
Hampir saja satu tamparan berhasil mendarat di pipi Devilo jika Aqsal tidak menahan tangan Pak Boan.
"Apa ini yang disebut dengan kepala sekolah? Berani memukul anak murid nya sendiri?" Aqsal membuang kasar tangan Boan dan menarik Devilo dari cengkraman Boan.
Boan mengeram kesal, emosi nya lagi-lagi tak terkendali. "Keluar kalian sekarang!"
Devilo mengusap kasar pipi nya yang memerah, "Tanpa di perintah juga gue bakal keluar dari ruangan yang isi nya orang munafik kaya lo!"
Devilo melangkah keluar dengan wajah nya yang penuh amarah, tanpa memikirkan Boan dan Pak Tejo yang sepertinya sedang marah besar pada Devilo.
Devilo tak perduli dengan apapun hukuman yang akan ia terima kali ini. Yang pasti dia hanya ingin semua orang tau kalau Boan dan ayah nya adalah orang yang membunuh ibunya.
Mereka berlima berjalan beriringan keluar kelas. Belva memilih berjalan di samping Devilo. Ia memperhatikan Devilo dari samping, baru kali ini Devilo terlihat sangat marah.
Awal nya Belva ingin memarahi Devilo karena ulah nya. Tapi hal itu Belva urungkan karena Belva tau kondisi emosi Devilo sedang tidak baik saat ini.
Belva menahan Aqsal, Davin dan Mira agar berhenti berjalan. "Nanti lo bertiga pulang naik ojek online aja ya, gue minta waktu sama Dave berdua."
***
Don't forget to voment yess.
Thanks a lot🌸-🐯Blanktae.

KAMU SEDANG MEMBACA
Death
Mystery / ThrillerTerjalin persahabatan yg terdiri dari lima anak remaja di suatu sekolah. Persahabatan itu sudah sangat melekat dan sampai pada akhir nya mereka akan mati bergantian secara misterius. Ikuti lah cerita ini untuk mencari si pelaku..