Sepuluh

335 25 3
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 08:23. Kini kelas XII IPS E sedang mengisi pelajaran Matematika, yang dimana pelajaran tersebut sangat membosankan dan selalu menyulitkan para siswa.

Ada berbagai macam tipe penghuni kelas XII IPS E saat ini, ada yang fokus memperhatikan, ada yang hanya berpura-pura memperhatikan supaya tidak di tanya nanti oleh guru, ada yang mencoret-coret buku nya karena bosan, ada yang tidur, bahkan ada yang memakan permen karet tanpa memperhatikan sang guru.

Dan satu-satu nya siswa yang memiliki tipe terakhir adalah, Aqsal. 

Hobi Aqsal memang memakan permen karet. Karena permen karet adalah penaik mood nya.

Hanya karena memakan permen karet, bisa saja mood Aqsal yang tadinya memburuk menjadi membaik lebih cepat. Begitulah Aqsal sejak kecil.

Sampai akhirnya, guru Matematika di hadapan mereka alias Pak Dono baru tersadar bahwa Aqsal memakan permen karet disaat jam pelajaran.

Oh tentu saja itu sudah melanggar peraturan sekolah.

"Aqsal." panggil Pak Dono tegas.

Aqsal masih terdiam dengan lamunan serta kunyahan permen karetnya.

Pak Dono kembali memanggil, bahkan lebih tegas dan keras. "Aqsal Adhino!"

"Adhlino bukan adhino, dikata saya hewan purba?" Sahut Aqsal tanpa menatap ke arah pak Dono.

"Kamu tau sopan santun?"

"Enggak." Jawab Aqsal santai.

"Tuh pak, Aqsal kan gak tau sopan santun, karena Bapak adalah seorang guru yang bijaksana, seharusnya Bapak kasih tau Aqsal bagaimana sopan santun itu pak." Ucap Davin.

"Kalau gitu Bapak ak--"

Kring kring..

Suara dering telepon menghentikan ucapan Pak Dono.

Pak Dono merogoh saku nya, mengambil Handphone dan keluar untuk mengangkat telepon itu.

5 menit berlalu, Pak Dono memasuki kelas dengan langkah terburu-buru.

"Saya ada urusan sebentar, sekitar 20 menit. Saya akan kembali lagi kesini. Kalian jangan ribut!" Ucap Pak Dono kemudian ngibrit keluar kelas.

Semua siswa bersorak riang. Lumayan, 20 menit tanpa matematika. Mereka bisa menghabiskan waktu yang bagus itu untuk mengistirahatkan otak mereka yang sudah ngebul sejak tadi.

"Cabut yuk." Ajak Davin pada Aqsal dan Devilo yang dibalas anggukan kompak dari kedua nya.

"Loh kalian mau kemana?" Tanya Belva ketika melihat ketiga sahabat nya jalan meninggalkan kursi mereka dengan tas dipunggung nya.

"Balik." Jawab Davin.

Belva merapihkan peralatan nya, "Gue sama Mira ikut."

"Cewek gak boleh nackal ya. Diem disini sampe pak Dono balik."

Belva cemberut kesal, "Bete gue. Abis ini matematika perminatan. Meledug kepala gue nanti."

Davin terkekeh pelan mendengar ocehan Belva, "Yaudah ayok."

Mereka pun berjalan keluar kelas. Tetapi ketika baru saja di depan pintu, Aqsal kembali masuk ke dalam kelas.

Davin, Devilo, Belva dan Mira hanya melihat dan menunggu Aqsal yang melakukan aksinya.

Aqsal berjalan menuju kursi guru yang terdapat di depan, ia melepehkan permen karet nya yang tengah di kunyah ke kursi tersebut. Lalu kembali lagi keluar kelas.

"Kualat sama tuh guru mampus aja lo!" ujar Belva ketika Aqsal telah kembali bergabung pada mereka.

"Haha bodo lah gue ga peduli. Udahlah yuk cabut!"

****

Davin menendang gerbang yang ada di hadapan nya, "Yaelah masih di tutup aja sih!"

"Ya iyalah goblok, kan belum waktu nya balik." Ucap Devilo. Ia mengedarkan pandangan nya, mencari jalan agar dia dan sahabat nya bisa cepat keluar dari sekolah ini.

"Kalem anjing. Ngegas terus lo."

"Abis nya lu terlalu goblok, emosi gue."

"Lo lebih goblok ya!"

"Heh lo--"

"Sesama goblok jangan saling mencaci." Celetuk Aqsal membuat Devilo dan Davin terdiam.

Belva terkekeh, "Pertengkaran Seorang Davin dan Devilo akan berhenti jika Aqsal sudah mengeluarkan jurus nagasaki nya."

"Nagasaki?" Tanya Mira, tidak mengerti maksud ucapan Belva yang terkadang diluar pikiran.

"Naga kan panas tuh ya.. Ucapan Aqsal kan pedes, nah kalo orang kepedesan kan biasanya kepanasan juga. Gitu maksud nya."

Mira nyatukan kedua alis nya, "Gue yang tulalit atau emang kata-kata lo yang ngelindur?"

"Maklum, kalo abis matematika Belva suka kongslet." Davin tertawa renyah dan tanpa canggung merangkul Belva akrab.

"Apaan lo rangkul-rangkul gue! Udah ngehina gue juga!"

"Gak ngehina, cuma mau jujur biar kaya Aqsal."

"Lo mau sama kaya Aqsal?"

Davin menoleh ke arah wajah Belva membuat wajah kedua nya terlihat sangat dekat, "Iya mau, kenapa emang?"

"Berendem pake aer susu dulu sono! Biar kulit lo yang dekil bisa sebening Aqsal!"

Davin mencubit gemas hidung Belva, "bangsat lo!"

Mereka berdua tertawa dan terus saling mencaci tanpa mereka sadari. Ada seseorang yang sedang mengepalkan telapak tangan nya. Tidak suka dengan kedekatan mereka.

****

Jangan forget to vote and comment🌹

Chimm🐥

DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang