"Dave." panggil Belva didalam mobil.
Kini mereka sudah berada didalam mobil yang hanya di isi keheningan selama beberapa menit, karena Devilo hanya diam tanpa suara dan Belva bingung bagaimana cara nya mencairkan suasana diantara mereka.
Devilo bergumam tanpa menoleh ke arah Belva yang duduk dikursi sebelahnya.
"Makan yuk." ajak Belva berusaha menghilangkan rasa canggung diantara keduanya.
Devilo menganggukkan kepalanya, "Ke rumah gue dulu ya. Ambil dompet sama ATM."
"Pake duit gue dulu aja, gue yang traktir."
"Nggak usah."
"Gapapa Dave."
Devilo menoleh, menatap gadis di sebelahnya, "Nggak ada sejarahnya cewek keluarin duit buat cowok. Yang ada tuh sebaliknya."
Belva hanya menghembuskan nafas pasrah. Memang dari dulu Devilo sangat susah untuk di ajak makan bila diri Belva yang membayar. Bagi Devilo, hal itu adalah hal yang tidak wajar dan itu sudah menjadi prinsip Devilo sejak lama.
"Yaudah."
Devilo mengarahkan mobil menuju rumahnya. Sesampainya di depan gerbang rumah, Devilo membunyikan klakson mobilnya.
Tinn.
Mendengar suara klason, Pak Tono a.k.a satpam rumah Devilo segera membuka pagar untuk mempersilahkan mobil Devilo masuk.
Devilo menjalankan mobil itu ke halaman rumahnya yang sangat luas dan mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk rumah Devilo.
"Lo mau tunggu sini atau ikut?" tanya Devilo.
"Gue di mobil aja."
Devilo hanya menganggukan kepala nya beberapa kali lalu membuka pintu mobil.
"Sebentar Bel."
"Iya."
Devilo berlari kecil berjalan ke teras dan membuka kedua pintu nya lebar tanpa menutupnya kembali.
Setelah sudah mengambil dompet di kamar, Devilo ingin bergegas kembali ke mobil karena tidak ingin membuat Belva menunggu. Namun hal itu tidak bisa berjalan lancar akibat sikap Gio Geraldy, ayah Devilo yang terus menghentikan nya dengan teriakan dari arah belakang.
"Devilo! Papah sudah tau semua ulah kamu di sekolah."
Devilo hanya diam, berusaha untuk tidak terbawa emosi.
"Kamu membakar ruangan Pak Tejo. Kamu sering telat ke sekolah, bahkan suka kabur dari jam pelajaran. Boan sudah menceritakan semuanya sama Papah."
"Iya." jawab Devilo singkat kemudian melanjutkan langkah yang sempat terhenti.
Tetapi, Gio menahan tangan Devilo. Dengan cepat Devilo menepis kasar tangan tersebut.
"Apaan sih!" geram Devilo.
"Mau kamu tuh apa sih Dave! Papah capek sama sikap kamu yang nggak pernah jelas. Kalo kamu kayak gini terus, mending kamu keluar dari sekolah!"
"Emang Anda siapa? Bisa seenaknya nyuruh saya tidak sekolah." Jawab Devilo dengan tatapan tajam.
"Anak macam kamu tuh tidak pantas sekolah. Tidak pernah punya etika terhadap orang tua!"
"Orang tua? Anda bilang orang tua? Tidak ada satu pun orang tua di dunia ini yang rela membunuh istrinya dan membiarkan anak nya hidup tanpa hadir nya seorang ibu! Dan satu lagi, dia tidak pernah mengaku pada anaknya sendiri bahwa dia memang pembunuh." ucap Devilo lalu melangkahkan kakinya.
Namun, tiba-tiba langkah nya terhenti. Devilo membalikkan badannya menghadap Gio.
"Oh iya lupa, Tidak ada seorang pun penjahat yang mengakui bahwa dirinya pembunuh." Ucap Devilo dengan smirk andalan nya.
"Contohnya seperti Anda." lanjut Devilo penuh penekanan.
Devilo membalikan badan dan kembali melanjutkan jalannya. Tanpa Devilo sadari, terdapat Gio yang mengikuti dari belakang.
Bertepatan sebelum pintu masuk rumah, Gio membalik paksa tubuh Devilo. Kemudian..
Plak!
"Jaga mulut kamu, bodoh!"
Devilo memegangi pipi kanan nya yang kembali memerah akibat terkena gamparan dua kali. Sekali karena Boan, dan sekali lagi karena Gio.
Brengsek! -batin Gio.
***
Don't forget to voment yess gaiss.
thank u🌸
~🐯Blanktae.

KAMU SEDANG MEMBACA
Death
Mistério / SuspenseTerjalin persahabatan yg terdiri dari lima anak remaja di suatu sekolah. Persahabatan itu sudah sangat melekat dan sampai pada akhir nya mereka akan mati bergantian secara misterius. Ikuti lah cerita ini untuk mencari si pelaku..